BPS Catat Ekonomi Tahun Lalu Minus 2,07%, Kontraksi Pertama Sejak 1998
Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi Indonesia sepanjang tahun lalu minus 2,07%. Ini merupakan pertama kalinya ekonomi Indonesia negatif secara tahunan sejak krisis moneter 1998.
"Secara kumulatif, ekonomi Indonesia sepanjang 2020 dibandingkan 2019 mengalami kontraksi 2,07%. Ini adalah pertama kalinya ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sejak krisis 1998," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam Konferensi Pers Pengumuman PDB Kuartal IV 2020, Jumat (5/2).
Suhariyanto menjelaskan, Indonesia tidak sendirian mengalami kontraksi ekonomi. Amerika Serikat negatif 3,5%, Singapura minus 5,8%, Korea Selatan negatif 1%, Hong Kong minus 6,1%, dan Uni Eropa minus 6,4%. Hanya Tiongkok dan Vietnam yang berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,3% dan 2,9%.
Ia menjelaskan, seluruh komponen pengeluaran yang membentuk Produk Domestik Bruto pada tahun lalu terkontraksi, kecuali konsumsi pemerintah yang tumbuh 1,94%. Sementara konsumsi rumah tangga negatif 2,63%, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) negatif 4,29%, pembentukan modal tetap bruto/investasi minus 2,95%, serta ekspor dan impor masing-masing minus 7,7% dan minus 14,71%.
Adapun rkonomi pada kuartal keempat masih terkontraksi 0,42% secara kuartalan atau 2,19% secara tahunan, meski lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Seluruh komponen pengeluaran pada kuartal IV 2020 juga mengalami kontraksi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kecuali konsumsi pemerintah yang tumbuh 1,76%. Konsumsi rumah tangga minus 3,61%, konsumsi LNPRT negatif 2,14%, pembentukan modal tetap bruto/investasi minus 6,15%, serta ekspor dan impor masing-masing minus 7,21% dan minus 13,52%.
"Secara umum, kontraksi yang terjadi pada kuartal keempat ini tidak sedalam kuartal ketiga sehingga menunjukkan arah perbaikan," katanya.
Perekonomian beberapa negara pada kuartal IV membaik meski masih lemah terlihat dari data indeks PMI global. Semua negara masih menghadapi hambatan karena kasus Covid-19 yang masih tinggi. Pada kuartal IV, penyebaran virus masih tinggi, tidak hanya di Indonesia tetapi banyak negara.
"Kami lihat beberapa negara di Eropa bahkan bahkan kembali melakukan lockdown," kata Suhariyanto
Ekonomi beberapa mitra dagang utama Indonesia juga mengalami kontraksi, kecuali Tiongkok dan Vietnam. Di sisi lain, harga komoditas, seperti minyak sawit, kedelai, timah, biji besi, dan tembaga naik dibandingkan kuartal III 2020 maupun kuartal IV 2019.
Belanja pemerintah pada kuartal IV 2020 mencapai Rp 732,74 triliun, naik dibandingkan kuartal IV 2019 Rp 704,72 triliun.
Produksi mobil pada kuartal IV 2o20 mencapai 206.937 unit, naik 82,2% dibandingkan kuartal sebelumnya tetapi masih anjlok 41,83%. Sementara penjualan sepeda motor mencapai 786.502 unit, turun 20,56% secara kurtalan dan anjlok 49,83% secara tahunan.
Produksi semen yang menjadi cerminan sektor konstruksi naik 2,9% secara kuartalan menjadi 18,53 juta ton. Namun, angka tersebut masih turun 13,85% secara tahunan.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, pandemi mendorong penurunan produktivitas dari sisi produksi terutama sektor manufaktur, perdagangan dan konstruksi. Pertumbuhan ekonomi tahun lalu merupakan yang terendah sejak krisis moneter 1998.
"Kondisi ekonomi Indonesia sepanjang tahun lalu cenderung tidak lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara lain, mengingat tingkat Keketatan respons pemerintah dalam penangangan isu kesehatan COVID-19 yang juga relatif lebih longgar," katanya.
Ke depan, menurut dia, pemerintah perlu fokus dalam penangangan isu kesehatan melalui optimalisasi program vaksinasi. Saat ini, pemerintah tengah mengalokasikan anggaran PEN lebih besar mencapai Rp 553 triliun dan memproyeksi anggarannya dapat menngkat menjadi Rp 619 triliun. Anggaran ini diharapkan mampu membantu pemulihan ekonomi di tahun ini.