Alarm Bahaya Pemulihan Ekonomi RI Kalah Cepat daripada AS

Agustiyanti
4 Maret 2021, 16:33
kurs rupiah, surat utang, treasury as, imbal hasil treasury as, yield us treasury
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Ilustrasi. Kurs rupiah hari ini ditutup melemah 0,15% ke posisi Rp 14.266 per dolar AS.
  • Kenaikan imbal hasil surat berharga AS menekan rupiah. 
  • Imbal hasil surat berharga AS naik karena ekspektasi pemulihan ekonomi AS.
  • Pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari Indonesia dapat memicu aliran modal asing keluar.

Imbal hasil surat berharga Amerika Serikat yang melesat sejak pekan lalu menekan nilai tukar rupiah melemah dan sempat menyebut level Rp 14.300 per dolar AS. Kenaikan imbal hasil terjadi karena sentimen harapan pemulihan ekonomi Amerika Serikat.

Ekonomi AS sebenarnya belum sepenuhnya pulih. Namun, rencana stimulus tambahan Biden senilai US$ 1,9 triliun dan kabar percepatan target vaksinasi memberikan harapan pada pemulihan ekonomi AS.

Mengutip CNBC, Biden pada Selasa Malam (2/3) waktu Washington DC berjanji untuk menyediakan dosis vaksin yang cukup bagi seluruh orang dewasa di AS sebelum akhir mei. Ini dua bulan lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Rencana stimulus tambahan AS juga telah disepakati oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan tinggal menunggu persetujuan senat. Sementara itu, data pengangguran AS terbaru meleset dari ekspektasi para ekonom. Lapangan kerja baru hanya bertambah 117 ribu pada Februari, dibawah ekspektasi para ekonom sebanyak 225 ribu lapangan kerja.

Imbal hasil treasury AS tenor 10 tahun saat ini berada di posisi 1,47%, naik dari posisi awal pekan tetapi masih lebih rendah dari pekan lalu yang mencapai 1,61%. Kenaikan imbal hasil AS menekan rupiah yang pada siang ini kembali ke level Rp 14.300 per dolar AS setelah sempat menguat kemarin.

Tak hanya rupiah, kenaikan imbal hasil obligasi AS berpengaruh pada hasil lelang surat utang negara. Pada lelang Selasa (2/3) penawaran yang dimenangkan hanya mencapai Rp 17 triliun, di bawah target indikatif Rp 30 triliun. Adapun total penawaran yang masuk Rp 49,73 triliun, lebih rendah dari lelang SUN sebelumnya Rp 60,84 triliun.

"Kondisi pasar surat berharga negara saat ini dipengaruhi volatilitas pergerakan UST Treasury Note," ujar Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan dalam keterangan resminya, Selasa (2/3).

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, kenaikan imbal hasil surat berharga AS dipengaruhi oleh ekspektasi pelaku pasar terhadap peningkatan inflasi AS dalam jangka pendek yang dikhawatirkan akan mendorong peningkatan cost of borrowing. Ekspektasi peningkatan inflasi AS dalam jangka pendek tersebut menguat merespon rilis data ekonomi AS yang menunjukkan tren yang membaik sedemikian sehingga pelaku pasar memperkirakan pemulihan ekonomi AS yang pada tahun ini.

"Tren kenaikan yield US treasury telah mendorong peningkatan yield SUN dengan tenor 5 dan 10 tahun masing-masing naik sekitar 55 bps dan 40 bps sepanjang Februari," ujar Josua kepada Katadata.co.id, Rabu (3/3).

Kenaikan imbal hasil surat berharga AS juga mendorong penurunan kepemilikan asing terhadap SBN sekitar US$ 1,06 miliar. "Namun, kenaikan imbal hasil obligasi AS belum mencerminkan perbaikan fundamental ekonomi AS," katanya.

Bank Sentral AS, The Federal juga memastikan belum akan melakukan tapering terhadap program pembelian obligasi pemerintah AS dan masih akan mempertahankan suku bunga acuan Fed sekalipun kondisi perekonomian AS cenderung membaik. Ia pun memperkirakan investor global diperkirakan melakukan portfolio rebalancing dalam jangka pendek ini.

Selain faktor selisih imbal hasil surat berharga AS dengan Indonesia, menurut dia, faktor selisih capaian pertumbuhan ekonomi antara kedua negara juga akan mempengaruhi. Hal ini dapat membatasi aliran modal asing yang keluar.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...