Harga Pangan dan BBM Naik, BI Yakin Inflasi Tahun Ini Tak Lampaui 4%

Abdul Azis Said
13 April 2022, 10:52
Bi, inflasi, harga pangan, harga BBM, BBM
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan pihaknya bersama pemerintah akan terus berkoordinasi untuk memantau kenaikan harga ke depan.

Bank Indonesia memperkirakan kenaikan inflasi pada tahun ini tidak akan melampaui batas atas target 4% meski harga pangan dan energi kini tengah melonjak. Realisasi inflasi hingga Maret juga masih terkendali berkat sejumlah faktor, termasuk andil pemerintah menjaga dari sisi pasokan.

"Dari asesmen secara keseluruhan, kami masih confident inflasi masih bisa terjaga di sasaran yaitu 2%-4%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan II tahun 2022, Rabu (13/4).

Meski begitu, Perry menyebut pihaknya bersama pemerintah akan terus berkoordinasi untuk memantau kenaikan harga ke depan. "Agar harga tetap terkendali, kondisi fiskal sehat, kondisi moneter dan pertumbuhan ekonomi juga membaik," kata Perry.

Adapun hingga laporan Maret 2022, inflasi secara tahunan sebesar 2,64% masih di batas bawah target bank sentral 2%-4%. Kondisi tersebut, menurutnya, tidak lepas dari peran pemerintah dalam menjaga ketersediaan pasokan bahan pangan.

Di samping itu, inflasi yang terjaga juga tidak lepas dari koordinasi antara Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) yang terus berjalan untuk memantau kenaikan harga-harga.

Data inflasi ini tentu akan ikut mempengaruhi kebijakan moneter BI ke depan, terutama dari sisi bunga acuan. Tetapi Perry menegaskan bahwa kenaikan bunga acuan hanya akan merespon tekanan inflasi yang sifatnya fundamental, atau data inflasi inti, yang tidak menghitung kenaikan harga bergejolak.

"Jadi tekanan harga pangan dan energi tentu BI tidak akan meresponnya first round impact atau dampak pertamanya, yang kita respons yaitu dampak rambatannya kalau inflasi berdampak fundamental yang indikatornya tentu saja inflasi inti," ujarnya.

Dari sisi fiskal, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pihaknya telah merespon kenaikan inflasi dengan menyiapkan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang bersifat shock absorber. Berbagai bantuan sosial dikucurkan kepada masyarakat miskin dan pelaku usaha kecil.

"Ini tentu menyebabkan belanja di APBN, terutama dalam bentuk bantuan sosial pasti akan meningkat," kata Sri Mulyani dalam acara yang sama dengan Perry.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual sebelumnya memperkirakan inflasi akan di atas 1% secara bulanan, dan lebih dari 3% secara tahunan pada April ini. Kenaikan inflasi ini dipengaruhi beberapa faktor yang terjadi bersamaan, di samping periode musiman menjelang lebaran.

"Kalau untuk PPN-nya sendiri tidak begitu besar hanya 0,15% tapi kalau digabung dengan kenaikan Pertamax itu kontribusinya bisa 0,3%-0,4%," kata David kepada Katadata.co.id, Senin (11/4).

Hingga saat ini ia, melihat inflasi keseluruhan tahun kemungkinan masih di batas atas target bank sentral mendekati 4%. "Tapi kita tidak tahu semester dua akan seperti apa karena kemungkinan kenaikan pertalite dan lain-lain, kalau misalkan itu naik kelihatannya inflasi akan di atas batas atas target BI 4%," kata David.

David menyebut, beberapa wacana kenaikan harga barang dan jasa seperti tarif tol, LPG 3 Kg, pertalite hingga pembatasan subsidi pupuk telah mengerek kenaikan ekspektasi inflasi. Kondisi ini bisa membuat inflasi tinggi masih akan bertahan sampai paruh kedua. 

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...