Kinerja maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia Tbk terpukul pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Menurutnya, operasional Garuda Indonesia saat ini tengah tertekan, tak hanya karena pelemahan nilai tukar rupiah, namun juga karena industri perbankan juga sedang mengalami masa suram karena pandemi corona, yang telah menyebar ke lebih dari 150 negara.
“Tentu ada satu perusahaan berat secara industri. Penerbangan itu global, semua orang bisa lihat,” kata Erick kepada awak media dalam live press conference, Jumat (20/3).
Kondisi Garuda Indonesia, menurutnya akan semakin berat apabila penyelenggaraan umroh dan haji tidak terlaksana tahun ini. Untuk memitigasi kinerja perusahaan yang kian suram, Kementerian BUMN terus berkomunikasi secara intens dengan Garuda Indonesia selama satu bulan terakhir.
Solusi sementara, Erick akan mendorong bank-bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), untuk membantu sektor penerbangan dan industri perhotelan.
Kementerian BUMN mendorong Himbara untuk mencurahkan perhatian yang lebih kepada dua sektor ini, karena keduanya merupakan sektor yang merasakan dampak langsung dari penyebaran virus corona.
“Himbara bantu hotel, penerbangan. Pemerintah akan menjamin dan mendukung penuh,” jelasnya.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah tercatat terus mengalami pelemahan. Hingga berita ini ditulis, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) di pasar spot tercatat di level 16.130.
Hal serupa juga terjadi di kurs referensi BI, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), yang tercatat berada di level Rp 16.273 per dollar AS.