Pandemi Corona Memukul Mundur Proyek Trump-Hary Tanoe di Indonesia

Twitter@Hary_Tanoe
Hary Tanoe dan istri, bersama Donald Trump, calon presiden Amerika dari Partai Republik saat itu, di New York, Amerika Serikat, (14/8/2015). Mereka bekerja sama membangun proyek properti di Indonesia.
Penulis: Happy Fajrian
Editor: Yuliawati
10/5/2020, 08.11 WIB

Menurut Joshua, harga jual setinggi itu hanya akan terjangkau bagi 10% orang berpenghasilan tertinggi di Indonesia. Menurut data Bank Dunia, 10% orang terkaya ini menguasai hingga 30% dari total pendapatan penduduk negeri ini atau masuk ke dalam kuartil pertama kelompok pendapatan dunia. “Karena Indonesia masih berada di kuartil kedua GNI (gross national income) dunia per kapita,” ujarnya.

Harga jual premium properti Trump Residences lantaran penggunaan material konstruksi berkualitas tertinggi, serta didesain oleh perusahaan arsitektur dan desain interior serta desain perhotelan berkelas dunia, Oppenheim Architecture dan Hirsch Bedner Associates. Alhasil biaya konstruksi per meternya mencapai Rp 40 juta, dibandingkan rata-rata perumahan pada umumnya yang hanya Rp 5 juta.

Beberapa keunggulan lainnya seperti lokasi Trump Residences Bali yang berada tepat di sebelah Pura Tanah Lot yang memberikan suasana damai dan santai, didukung proyek infrastruktur masa depan yakni Bali Ring Road karena berdiri di dekat jalan tol Kuta-Gilimanuk yang dapat mencapai tol Kuta-Canggu-Tanah Lot hanya dalam 20 menit.

Kemudian Trump Residences Lido terletak 60 kilometer (km) dari Jakarta yang dapat diakses dengan waktu tempuh sekitar 60 menit melalui jalan tol Jagorawi-Bocimi dan akan didukung jalan tol baru Bocimi-Bandung. Kemudian terletak di kawasan ekonomi khusus (KEK) Caringin-Cigombong yang akan didirikan pada kuartal III tahun ini.

(Baca: Donald Trump Jr, Penerus Bisnis Properti Trump yang Melirik Indonesia)

Dukungan Berbagai Insentif Fiskal untuk Hunian Mewah

Proyek ini pun mendapatkan berbagai dukungan fiskal dari pemerintah, seiring berbagai insentif pajak untuk hunian mewah demi mendorong pertumbuhan sektor properti. Insentif pajak tersebut yaitu kenaikan batas nilai hunian mewah yang dikenakan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dan pajak pertambahan hasil (PPh).

Batas nilai hunian mewah yang dikenakan PPnBM dinaikkan dari dari Rp 10 miliar untuk apartemen dan Rp 20 miliar untuk rumah tapak menjadi Rp 30 miliar untuk semua jenis properti. Kemudian PPh rumah mewah dipotong dari 5% menjadi hanya 1%.

“Sektor properti seharusnya tumbuh 15% dengan berbagai insentif tersebut,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani kepada pengusaha properti pada September 2019. Adapun pada 2019 sektor properti hanya tumbuh 5,74%, dan kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya 3,02%.

Menkeu meminta agar sektor properti dapat mencapai target pertumbuhan 10 – 15% paling lambat tahun. Selain insentif pajak untuk hunian mewah, insentif sektor properti yaitu subsidi untuk rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, peningkatan batasan tidak kena pajak pertambahan nilai (PPN) rumah sederhana sesuai daerahnya, pembebasan atas rumah atau bangunan korban bencana alam.

(Baca: Proyek MNC – Trump di Lido Ditargetkan Rampung 2019)

Kemudian revisi UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 22 mengenai pajak pemotongan untuk jual properti serta penyederhanaan validasi PPh penjualan tanah dan bangunan dari 15 hari menjadi 3 hari. “Semua kami ringankan,” kata Sri Mulyani.

Mengikuti Kesuksesan Trump Tower Philippines

Salah satu nilai tambah dari proyek ini adalah menggunakan merek properti milik Donald Trump. Proyek Trump Residences ini diprediksi bakal mengikuti kisah sukses Trump Tower Filipina yang berhasil membukukan pra-penjualan 94% dari 250 unitnya dua tahun sebelum proyek tersebut rampung.

MNC Land pun menargetkan pra-penjualan 50-60% dari jumlah unit kondominium dan vila Trump Residences dalam 3 hingga 4 tahun. Apalagi, menurut Joshua, dengan bocoran harga yang ada, nilai tersebut masih lebih rendah 67% dari net asset value (NAV)-nya dalam lima tahun jika memperhitungkan seluruh proyek di dua lokasi tersebut hingga 2024.

(Baca: Infografik: Bisnis Keluarga Trump Menjangkau Indonesia)

Halaman:
Reporter: Happy Fajrian