Laba Produsen Tekstil Sritex Turun 8%, Pasar Ekspor Tergerus Corona

sritex.co.id
Seorang pekerja menjahit pakaian militer di pabrik Sritex.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
30/7/2020, 22.19 WIB

Sritex juga berhasil menurunkan kerugian bersih atas selisih kurs menjadi US$ 287,52 ribu dari sebelumnya US$ 389,59 ribu. Namun, penurunan beban dan penurunan rugi selisih kurs, tidak bisa menutupi penurunan penjualan karena laba dari operasi Sritex turun 18,46% menjadi US$ 83,46 juta dari US$ 102,36 juta.

Manajemen Sritex mengatakan bahwa dampak pandemi Covid-19 ini, ada kemungkinan penurunan permintaan pasar ekspor karena penutupan sementara atau berkurangnya jam kerja. Namun, manajemen sudah mengantisipasi hal tersebut untuk tetap menjaga pendapatan perusahaan.

"Kami telah mengantisipasi hal tersebut dengan memproduksi produk yang dibutuhkan dalam menghadapi Covid-19," kata manajemen dalam laporan keuangan perusahaan.

Beberapa produk yang diproduksi oleh Sritex di antaranya produk masker dan pakaian pelindung diri anti virus yang mana saat ini permintaannya sangat tinggi. Sehingga manajemen memutuskan menambah jam kerja pada departemen-departemen terkait.

Meski begitu, manajemen tidak dapat memperkirakan secara wajar soal lama atau besarnya pandemi ini. Tetapi saat ini manajemen tengah mengantisipasi dampak material yang merugikan pada laporan keuangan, hasil operasi, dan laporan arus kas konsolidasian pada tahun fiskal 2020.

Industri tekstil merupakan salah satu dari lima sektor yang mengalami penurunan aktivitas selama terjadinya pandemi corona. Menurut data Bank Indonesia (BI), sektor tekstil-barang kulit-alas kaki memiliki nilai Indeks Manufaktur (Prompt Manufacturing Index/PMI) sebesar 47,2%.

PMI adalah indikator yang menggambarkan situasi industri pengolahan saat ini dan prediksi pada periode selanjutnya. Ambang batas PMI sebesar 50%, di atas angka tersebut maka sektor berekspansi. Sebaliknya, berada di bawah 50% berarti sektor mengalami kontraksi.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin