Pemerintah mendorong agar Arab Saudi mempercepat proyek peningkatan kapasitas kilang Cilacap. Hal ini disampaikan ketika Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar bertemu CEO of Saudi Fund for Development, H.E Al Khateeb dan Penasehat Senior Menteri Industri, Energi dan Mineral Arab Saudi, Dr Nasser A Al-Dossary, akhir pekan lalu.  

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan dalam kunjungan itu, salah satu topik pembahasannya memang proyek kilang. “Indonesia akan mendorong percepatan penyelesaian proyek RDMP Kilang Cilacap yang merupakan kerja sama  Pertamina – Saudi Aramco,” kata dia berdasarkan siaran resminya yang  diterima Katadata, Senin (30/10).

Dalam membangun proyek kilang tersebut, perusahaaan Arab Saudi, yakni Saudi Aramco memang menjadi mitra dari PT Pertamina (Persero). Keduanya akan membentuk perusahaan patungan (joint ventura) untuk mengelola kilang tersebut. Namun, hingga kini perusahaan patungan tersebut belum terbentuk. 

Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman sebelumnya mengatakan pihaknya masih memfinalisasi proses pembentukan perusahaan patungan tersebut. Targetnya pembentukan perusahaan patungan tersebut bisa  terealisasi tahun ini.  

(Baca: Pertamina - Saudi Aramco Bikin Perusahaan Patungan Kilang Cilacap)

Dalam pembentukan perusahaan patungan ini, Pertamina juga tengah menyiapkan pendanaan. Adapun, nilai investasi proyek ini sekitar US$ 5,5 miliar.

Selain menyiapkan pendanaan, Pertamina juga masih memfinalisasi amendemen kontrak terkait penyerapan hasil produk kilang. Nantinya Pertamina tidak akan lagi menyerap 100% produk hasil kilang Cilacap.

Pertamina dan Saudi Aramco akan berbagi dalam menyerap produk hasil kilang tersebut sesuai porsi kepemilikan. Di Kilang Cilacap, Pertamina memiliki hak kelola mayoritas yakni sebesar 55%, sisanya sebesar 45% dimiliki oleh Saudi Aramco.

Adapun proyek Kilang Cilacap kapasitasnya sebesar 370 ribu barel per hari (bph). Awalnya kilang ini ditargetkan bisa produksi lebih cepat pada 2021, namun mundur menjadi 2023.