ESDM Siapkan Insentif Biaya Eksplorasi untuk Pacu Investasi Panas Bumi

ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Ilustrasi, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Kementerian ESDM menyiapkan insentif penggantian biaya eksplorasi untuk mendorong investasi di sektor panas bumi.
28/7/2020, 14.02 WIB

Adapun, agar proses mekanisme pengembalian biaya kompensasi tersebut dapat berjalan dengan lancar, pihaknya telah membentuk tim pengawasan yang akan dijalankan bersama Badan Geologi Kementerian ESDM.

"Dana untuk insentif biaya eksplorasi ini akan berasal dari APBN, yang alhamdulilah untuk 2021 sudah masuk dalam pagu indikatif dan siap dilaksanakan," ujarnya.

Investasi sektor panas bumi Indonesia memang tergolong lambat, dengan realisasi pada kuartal I 2020 baru mencapai US$ 163 juta atau 15,52% dari target tahun ini sebesar US$ 1,05 miliar. Hal ini disebabkan karena ada tantangan, dan risiko yang cukup besar dalam pengembangan panas bumi, salah satunya soal eksplorasi.

Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari menjelaskan investor perlu tambahan insentif agar tertarik mengembangkan proyek panas bumi. Apalagi, Indonesia memiliki keterbatasan akses infrastruktur menuju lokasi proyek.

"Selama ini pembangunan akses ke lokasi dibebankan ke pengembang. Jadi berpengaruh ke tarif dan keekonomian proyek," ujar Ida, dalam forum diskusi virtual, Kamis (11/6).

Padahal, potensi energi panas bumi di Indonesia mencapai 23,9 Giga Watt (GW). Namun, baru dimanfaatkan sebesar 8% atau baru terpasang 2.130,7 Mega Watt (MW). Kapasitas tersebut setara dengan pemakaian Bahan Bakar Minyak atau BBM sebesar 32.000 barrel of oil equivalent per day (BOEPD).

Halaman: