"Kami tidak bisa buka di sini. Insya Allah ini akan dicapai titik temu. Kita membuka seperti apa aspirasinya dari PLN juga titik temunya juga," ujarnya.

Kepastian PLN untuk mengakuisisi pembangkit listrik di Blok Rokan sempat terombang-ambing. Pasalnya, PLN hanya bersedia menawar pembangkit listrik tersebut di kisaran US$ 30-35 juta (Rp 436,14 miliar - 508,83 miliar).

Harga tersebut berdasarkan hitung-hitungan skala bisnis pembangkit listrik Blok Rokan oleh PLN. Namun tawaran PLN jauh di bawah permintaan Chevron Standard Limited (CSL) senilai US$ 300 juta (Rp 4,36 triliun). CSL menguasai 95% saham PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) yang merupakan pemilik pembangkit listrik tersebut.

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Syahril mengatakan, proses lelang pembangkit yang dilakukan CSL sampai saat ini masih berlangsung. "Kisaran US$ 30 hingga US$ 35 juta, sampai kapan lelang? Menunggu dari JPMorgan sebagai konsultan yang ditunjuk CSL," ujar Bob kepada Katadata.co.id.

Bob pun berharap pemerintah dapat mendukung PLN dalam proses akuisisi pembangkit ini. Sama halnya dukungan yang diberikan kepada Pertamina untuk proses pengambilalihan Blok Rokan dari Chevron Pacific Indonesia. "Toh CSL masih dalam afiliasi Chevron Pacific Indonesia," kata dia.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan