SKK Migas menyebut bahwa Blok Rokan akan memiliki peran besar dalam mencapai target produksi minyak nasional 1 juta barel per hari (bph) pada 2030. Saat itu tingkat produksi di blok migas terbesar di Indonesia ini diharapkan mencapai 40% atau 400 ribu barel.
Sekretaris SKK Migas, Taslim Z. Yunus mengatakan kontribusi Blok Rokan dalam menggenjot target produksi minyak nasional cukup penting. Pasalnya, Pertamina telah memetakan blok tersebut secara keseluruhan sebelum alih kelola dari Chevron Pacific Indonesia (CPI) terjadi.
"Pada akhir 2030 diharapkan produksi Blok Rokan bisa 400 ribu barel. Berarti 40% dari 1 juta barel," ujarnya dalam diskusi secara virtual Energy Corner CNBC Indonesia, Rabu (12/8).
Oleh karena itu, ia berharap proyek-proyek yang diusulkan Pertamina dalam mengelola Blok Rokan ke depan dapat terlaksana dengan baik tanpa mengalami hambatan. SKK Migas akan terus mengikuti dan memastikan apa yang diprogramkan Pertamina Hulu Rokan sebagai anak usaha Pertamina benar benar terimplementasi.
Pertamina telah menyiapkan strategi dalam pengelolaan Blok Rokan. Mulai dari penerapan teknologi pengurasan minyak atau enhanced oil recovery (EOR) di Lapangan Minas. Hingga rencana memonetisasi potensi reservoir di formasi Telisa yang belum dieksplorasi oleh CPI.
Taslim mengatakan bahwa monetisasi migas unconventional ini juga menarik untuk dikembangkan di blok migas terbesar di Indonesia itu.
Pertamina juga memiliki komitmen pasti untuk kegiatan pengeboran sumur eksplorasi di blok itu. Adapun hingga 2025, Pertamina akan mengebor setidaknya 11 sumur eksplorasi. "Kami giring terus agar pengeboran eksplorasi ini bisa dilaksanakkan," katanya.
Sementara, Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menilai kontribusi Blok Rokan dalam capaian target produksi 1 juta bph pada 2030 ditargetkan dapat mencapai 25-32%. Ia berharap dengan adanya potensi minyak unkonvensional, maka produksi di Blok Rokan dapat dioptimalkan.
"Itu yang kita tunggu agar PHR bisa mengeksploitasi minyak unconventional di Blok Rokan dan juga dengan EOR bisa menambah cadangan lagi," katanya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif sebelumnya menyebut alih kelola Blok Rokan merupakan tonggak sejarah industri hulu migas di Indonesia. Pertamina diharapkan dapat meneruskan pengelolaan Blok Rokan secara baik seperti apa yang sudah dilakukan CPI.
Pertamina didorong untuk melakukan investasi pengeboran dengan masif. "Berdasarkan kesepakatan bersama, alih kelola ini akan tetap membawa produksi Blok Rokan terus meningkat," ujarnya.
Sebagai informasi, per Juli 2021, rata-rata produksi blok migas tersebut sekitar 160,5 ribu barel per hari. Angka ini setara dengan 24% produksi nasional. Selain minyak, Blok Rokan juga menghasilkan gas bumi sebanyak 41 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Untuk merealisasikan target produksinya, Pertamina telah menyiapkan anggarannya. Setidaknya sampai 2025, perusahaan migas pelat merah ini akan menyiapkan dana lebih dari US$ 2 miliar (lebih dari Rp 28 triliun).