Mantan Presiden OPEC yang saat ini menjabat sebagai Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirat Arab (UEA) Suhail Al Mazrouei bersikeras bahwa Rusia akan selalu menjadi bagian dari OPEC+.

Menurutnya tidak ada negara lain yang dapat menandingi produksi minyak dan gas alam Rusia jika dunia ramai-ramai menjatuhkan sanksi dan mengembargo komoditas energi negara tersebut atas invasi ke Ukraina.

"Masalah politik tidak boleh mengalihkan perhatian dari OPEC dalam mengelola pasar energi. Rusia akan selalu menjadi bagian dari OPEC dan kita perlu menghormati mereka,” ujarnya di Forum Energi Global tahunan keenam Dewan Atlantik di Dubai, seperti dikutip CNBC.com, Selasa (29/3).

Dia menegaskan bahwa jika negara-negara pengimpor energi dunia ingin berbicara atau berdiskusi dengan OPEC terkait pasokan minyak dunia, maka mereka juga harus berbicara dengan OPEC+ di mana Rusia menjadi bagiannya.

Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang telah meminta negara-negara produsen minyak dalam kelompok OPEC+ untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi tingginya harga minyak di tengah perang di Ukraina dan ketatnya pasokan.

Al Mazrouei mengatakan bahwa minyak Rusia akan memainkan peran penting dalam upaya pengendalian harga. Meskipun negara barat menilai bahwa impor energi Rusia secara tidak langsung menambah pendapatan minyak dan gas, dan dana perang Presiden Vladimir Putin.

"Siapa yang bisa menggantikan Rusia hari ini? Saya tidak bisa memikirkan negara yang dalam satu tahun, dua, tiga, empat atau bahkan 10 tahun dapat menggantikan 10 juta barel. Itu tidak realistis," katanya. Simak databoks berikut:

OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi minyak dan menurunkan harga minyak mentah, yang melonjak hingga mencapai lebih dari US$ 100 per barel.

"Kami setuju dengan target atau tujuan mereka untuk mencoba menenangkan pasar dan menyeimbangkan pasar, tapi kita tidak melakukannya dengan cara menjatuhkan sanksi pada produsen minyak yang tidak dapat tergantikan, kecuali jika Anda ingin harganya menjadi tinggi," kata Al Mazrouei.

Para menteri OPEC dan non-OPEC dijadwalkan bertemu pada hari Kamis (31/3) melalui konferensi video untuk menentukan fase selanjutnya dari kebijakan produksi minyak global. Sebelumnya menteri energi negara-negara G7 menyebut OPEC memiliki peran kunci dalam meredakan harga minyak di pasar.

"Kami menyerukan negara-negara penghasil minyak dan gas untuk bertindak secara bertanggung jawab dan untuk memeriksa kemampuan mereka untuk meningkatkan produksi dan pengiriman ke pasar internasional," menteri energi negara-negara G7 dalam pernyataan bersama, Kamis (10/3).

Adapun Kelompok ekonomi utama G7 terdiri dari tujuh negara industri utama dunia, yakni Inggris, AS, Kanada, Jepang, Jerman, Prancis, dan Italia.

OPEC+ sedang dalam proses mengembalikan pasokan minyak sebesar 10 juta barel per hari yang sebelumnya dipangkas ketika konsumsi energi dunia turun signifikan imbas pandemi Corona.

Pengurangan produksi bersejarah diberlakukan pada April 2020 untuk membantu pasar energi pulih setelah pandemi virus corona melemahkan permintaan minyak mentah.

OPEC telah meningkatkan produksi sebesar 400.000 bph setiap bulan dan bertahan dengan kebijakan tersebut meski ada tekanan untuk meningkatkan lebih banyak produksi demi menjinakkan harga minyak dan membantu pemulihan ekonomi. OPEC sendiri menyumbang sekitar 40% dari pasokan minyak dunia.