Fluktuasi harga minyak dunia menjadi topik yang paling banyak mendapatkan perhatian pembaca Katadata.co.id, pada Selasa (2/8). Harga minyak kembali merosot tajam setelah data aktivitas manufaktur di berbagai negara di dunia menunjukkan penurunan.
Kondisi ini memicu kekhawatiran permintaan energi turun. Di sisi lain, pasar juga menantikan pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) terkait kebijakan pasokan.
Harga minyak berjangka Brent, yang menjadi acuan dunia, turun US$ 3,94 atau 3,8% ke US$ 100,03 per barel setelah pada sesi sebelumnya menyentuh US$ 99,09. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI), turun US$ 4,73 atau 4,8% ke US$ 93,89.
Aktivitas manufaktur di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Asia melemah sepanjang Juli, seiring turunnya permintaan global. Selain itu, produksi juga melambat karena kebijakan pembatasan Covid-19 yang masih ketat di Cina. Kondisi ini semakin meningkatkan kekhawatiran ekonomi tengah menuju resesi.
Baca berita selengkapnya di sini.
Data ekonomi yang lemah dari Cina dan Jepang sepanjang Juli, juga membebani prospek permintaan energi sehingga berimbas menyebabkan harga minyak dunia merosot.
Lockdown atau kebijakan pembatasan aktivitas publik akibat Covid-19 di Cina, meredupkan pemulihan singkat yang terlihat pada aktivitas pabrik pada Juni. Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) Caixin/Markit turun menjadi 50,4 pada Juli dari 51,7 pada bulan sebelumnya. Angka ini jauh di bawah ekspektasi analis.
Sementara aktivitas manufaktur Jepang Juli ini berkembang pada tingkat terlemahnya dalam 10 bulan terakhir. “PMI manufaktur Cina yang mengecewakan adalah faktor utama yang menekan harga minyak hari ini,” kata analis CMC Markets Tina Teng, seperti dikutip Reuters, Senin (1/8).
Harga minyak Brent dan WTI mengakhiri Juli dengan kerugian bulanan kedua secara berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2020. Melonjaknya inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan kekhawatiran resesi yang akan mengikis permintaan bahan bakar.
Baca artikel ini lebih lengkap di sini.
Harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada Juli ini juga menjadi lebih murah, turun US$ 10,89 per barel menjadi US$ 106,73 dibandingkan bulan sebelumnya US$ 117,62 per barel.
Turunnya ICP dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan minyak mentah global pada Juni, jika dibandingkan dengan produksi Mei. Mengutip Executive Summary Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, merosotnya harga minyak acuan Indonesia juga disebabkan OPEC yang mempertahankan kebijakan mereka untuk kenaikan produksi Juli dan Agustus masing-masing sebesar 648.000 barel per hari (bph).
Dalam laporan bulan Juli 2022, OPEC menyebut produksi minyak mentah global pada bulan Juni meningkat rata-rata 1,32 juta barel per hari (bph) menjadi 99,82 juta bph dibandingkan dengan produksi bulan sebelumnya. OPEC memproyeksikan bahwa permintaan minyak dunia pada kuartal II tahun ini turun sebesar 200.000 bph.
Simak beritanya lebih lengkap di sini.