Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Amerika Serikat (AS), ExxonMobil dikabarkan ikut meramaikan pengambilalihan hak partisipasi atau participation interest (PI) 35% milik Shell pada proyek Abadi LNG Blok Masela.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, mengatakan Exxon kini sedang melakukan studi lapangan. Hal serupa juga dilaksanakan oleh perusahaan Migas nasional, PT Pertamina. Menurut Dwi, hasil kajian tersebut bakal menentukan jumlah besaran hak partisipasi yang akan diambil.
"Exxon juga melakukan studi, bisa jadi potensi. Mudah-mudahan pada November Pertamina dan Exxon bisa menyampaikan laporannya," kata Dwi saat ditemui di Kantor SKK Migas pada Senin (17/10).
Walau sejauh ini baru dua perusahaan yang melakuan studi, konsorsium pengelola Blok Masela masih cair dan terbuka untuk dua sampai tiga perusahaan termasuk Inpex sebagai operator dan segera memastikan para kontraktor di Blok Masela pada akhir tahun ini.
"Pertamina harus memperhatikan posisi keuangan dan harus berteman dengan konsorsium lain dan itu dimungkinkan selain Inpex," ujar Dwi.
Selain ExxonMobil, perusahaan eksplorasi dan produksi migas Medco Energi juga berminat untuk mengambil 10% dari hak partisipasi pengelolaan Proyek Abadi LNG Blok Masela dari Shell.
"Medco bilang berminat kalau bisa masuk 10%," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di sela acara IPA Convention 2022 ke-46 dengan tema “Addressing the Dual Challenge: Meeting Indonesia’s Energy Needs While Mitigating Risks of Climate Change” di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (21/9).
Arifin mengatakan, keputusan komposisi pengelola Proyek Abadi Masela akan ditentukan dari konsorsium yang dikepalai oleh Inpex Corporation selaku operator. "Kalau pemerintah sih mau saja Medco ambil 10% tapi tergantung dari konsorsiumnya saja, maunya gimana," sambung Arifin.
Direktur Utama Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro mengatakan, pihaknya tertarik untuk bergabung ke dalam konsorsium pengelola Blok Masela karena blok migas tersebut memiliki sumber daya gas yang besar.
"Keputusan itu kan bukan di kami, tergantung pemerintah dan Inpex. Jika mereka mau mengundang, tentu kami dengan senang hati akan melihat itu," kata Hilmi
Hilmi menyebut, pengembangan Proyek Masela membutuhkan teknologi tinggi karena lokasi pengeboran yang berada di laut dalam atau lepas pantai. Ia pun menyadari, proyek Blok Masela merupakan proyek yang sulit digarap. "Blok Masela bukan liga-nya Medco. Kalau kami masuk sebagai operator sih, tidak mungkin," ujar Hilmi.