Ada Konflik Israel - Iran, Investasi di Blok Mansouri Semakin Pelik

Pertamina
Pertamina mengelola Menzel Ledjmet Nord (MLN) Oil Field di Aljazair sejak 2014 dengan penguasaan hak partisipasi sebesar 65%. Lapangan migas ini memproduksi minyak 14.875 bopd pada Januari-Mei 2023.
Penulis: Mela Syaharani
17/4/2024, 17.05 WIB

Rencana investasi Pertamina di Blok Mansouri, Iran, semakin sulit seiring adanya konflik antara negara tersebut dengan Israel. Sebelumnya investasi tersebut sudah terkendala imbas sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS) kepada Iran pada 2018.

“Di-hold (tahan) karena negaranya terkena sanksi,” kata Vice President Corporate Communication Fadjar Djoko Santoso saat dihubungi Katadata pada Rabu (17/4).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan bahwa terkait kelanjutan investasi di blok tersebut pihaknya berkonsultasi dan menanti kebijakan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

“Karena sebagian kewenangannya ada di Kemenlu ya. Jadi kami selalu konsultasi dengan Kemenlu terkait kebijakan ini, sebab ESDM tidak mendahului politik,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM pada Selasa (17/4).

Pertamina awalnya menargetkan penandatangan kontrak lapangan Mansouri di Iran bisa terlaksana pada 2018. Dengan begitu perusahaan pelat merah ini dapat segera mengoperatori lapangan tersebut, karena sebelumnya sudah mendapat restu dari pemerintah Iran.

Pada Maret 2018, Pertamina mengatakan perusahaannya masih mencari mitra lainnya untuk berbagi risiko dalam mengelola lapangan minyak itu.

Direktur Hulu Pertamina yang saat itu dijabat oleh Syamsu Alam mengatakan sebenarnya sudah mempunyai mitra perusahaan lokal yang memegang hak kelola sebesar 20%.

Itu merupakan syarat yang diajukan pemerintah Iran kepada Pertamina untuk menandatangani kontrak. Namun, mitra itu dirasa belum cukup. Alhasil, Pertamina merasa masih perlu mencari mitra baru. Tujuannya untuk membagi risiko.

Syamsu mengatakan lapangan Mansouri adalah lapangan migas berproduksi. Pertamina berjanji setelah menjadi operator akan meningkatkan produksi ke 250 ribu barel per hari (bph) dalam lima tahun ke depan.

Saat ini produksi minyaknya bisa mencapai 60 ribu bph. Hasil produksi itu juga akan dibawa ke Indonesia. "Nanti pada saat itu bisa diproduksikan, proyek modifikasi kilang (RDMP) sudah jalan," kata dia.

Kerja sama ini merupakan hasil kunjungan Presiden Joko Widodo saat melawat ke Iran akhir tahun 2016. Langkah itu juga sejalan dengan upaya Pertamina untuk terus agresif mengembangkan bisnis hulu migas di luar negeri.

Reporter: Mela Syaharani