RI-Malaysia Bawa Kolaborasi Anti-Diskriminasi Sawit ke Asia Tenggara

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kanan) menyambut Raja Malaysia Sri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agong XVI, Sultan Abdullah Ri\'ayatauddin Al Mustafa Billah Shah Ibni Almarhum Sultan Haji Ahmad Shah Al-Musta\'in Billah didampingi permasuri Tunku Hajah Azizah Aminah Maimunah Iskandariah binti Almarhum Al Mutawakkil Alallah Sultan Iskandar Al Haj dalam upacara kenegaraan di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/8/2019).
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
27/8/2019, 17.51 WIB

Pertama, dengan mencari akses pasar ekspor kelapa sawit ke negara selain Benua Biru. Contohnya Tiongkok yang masih punya daya serap minyak nabati lebih besar. Apalagi,  tren ekspor minyak sawit Indonesia ke Negeri Tirai Bambu mengalami peningkatan cukup signifikan.

Kedua, peningkatan penggunaan minyak sawit untuk kebutuhan dalam negeri. Indonesia sudah memiliki komitmen penggunaan B20 dari minyak sawit yang bakal ditingkatkan menjadi B30 pada tahun 2020. Sementara itu, Malaysia juga sudah punya program B10. Sehingga hal ini diharapkan bisa menambal penurunan pada pasar Eropa. 

(Baca: Jokowi - PM Mahathir Akan Bahas TKI Hingga Diskriminasi Sawit)

Selain itu, pemerintah mengincar penggunaan minyak sawit menggunakan avtur. "Sudah dalam tahap awal, penggunaan sawit untuk avtur, jadi sawit dapat kita serap (sendiri)," katanya.

Retno juga mengungkapkan, ASEAN dan Uni-Eropa sudah sepakat membentuk working group setelah pertemuannya dengan Komisioner Tinggi Uni-Eropa untuk Kebijakan Luar Negeri Federica Mogherini. Namun, dia meminta supaya working group memiliki tujuan dan pokok pembahasan yang sama agar tidak disisipi agenda pembicaraan lain. 

Halaman:
Reporter: Michael Reily