Temui Masalah Akurasi Data, BPK Bakal Audit Impor Beras

Katadata | Arief Kamaludin
Karut marut masalah pangan yang berujung pada kebijakan impor beras dinilai sebagian kalangan berasal dari adanya ketidaksesuaian data.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
21/5/2018, 19.14 WIB

Karut marut masalah  pangan yang berujung pada kebijakan impor dinilai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo terletak pada persoalan perbedaan data. Sehingga, DPR mendorong  diberlakukannya penyesuaian data melalui satu sumber agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat.

(Baca : Kementan Sesalkan Keputusan Impor Beras Tambahan)

Bambang pun meminta Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, serta Bulog bisa  mengendalikan ketersediaan pasokan pangan dan menjaga stabilitas  harga. “Ini ujian untuk pemerintah agar bisa meningkatkan koordinasi dan bekerja lebih baik,” kata Bambang.

Dia juga mendukung kebijakan impor jika itu dilakukan untuk menjaga stabilitas harga. Meski demikian, peemrintah juga mesti menggenjot produksi pangan, guna mengurangi ketergantungan  terhadap komoditas impor.  

Menanggapi masalah produksi pangan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan pihaknya terus berfokus mendorong peningkatan produksi.  Hal tersebut juga didukung oleh alokasi pagu Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Pertanian yang selalu  berada di atas Rp 15 triliun sejak 2015 sampai 2018. 

Amran menjelaskan bahwa dana anggaran itu saat ini sebagian besar telah difokuskan untuk kesejahteraan petani. Dia menuturkan, jika pada 2014 jumlah anggaran petani hanya dialokasikan 35%, maka pada 2018 jumlahnya ditinggkatkan menjadi sebesar 85%.

Dengan ditingkatkannya alokasi anggaran petani, diharapkan nasib petani bisa menjadi lebih sejahtera dan produksi pun akan semakin melimpah.

 “Kami selalu memikirkan kesejahteraan petani,” katanya.

Halaman: