Triwulan III-2016, Industri Makanan dan Minuman Tumbuh Signifikan

Katadata | Donang Wahyu
Penulis: Muhammad Firman
2/12/2016, 15.40 WIB

Industri makanan dan minuman tumbuh lebih cepat tahun ini. Kementerian Perindustrian mencatat pada kuartal III pertumbuhan industri ini mencapai 9,82 persen. Pada periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan industri ini hanya 6,9 persen.

Industri makanan dan minuman menjadi penyumbang terbesar sektor nonmigas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Porsinya dalam PDB kuartal III mencapai 33,6 persen, dengan nilai Rp 192,69 triliun. Adapun pertumbuhan industri nonmigas keseluruhan sebesar 4,71 persen. 

“Sektor ini sangat strategis dan mempunyai prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan.” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dalam acara CEO Gathering Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) di Jakarta, Rabu (30/11).

(Baca: Triwulan III 2016, Industri Pengolahan Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi)

Panggah mengatakan pertumbuhan industri makanan dan minuman lebih didorong pada meningkatnya konsumsi. Saat ini masyarakat terutama kelas menengah ke atas lebih memilih mengkonsumsi produk-produk makanan dan minuman yang higienis dan alami. Industri makanan dan minuman menduduki posisi strategis dalam penyediaan produk siap saji yang aman, bergizi dan bermutu.

Pertumbuhan ini juga dipengaruhi besarnya surplus perdagangan luar negeri produk makanan dan minuman. Nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit pada Januari-September 2016 mencapai US$ 17,86 miliar. Sedangkan impornya hanya US$ 6,81 miliar.

Dari sisi investasi, sampai dengan triwulan III tahun ini pun cukup besar. Total nilai investasi asing (penanaman modal asing/PMA) tercatat mencapai US$ 1,6 miliar dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp24 triliun untuk PMDN. (Baca: Pelaku Usaha Optimistis Pertumbuhan Industri 2016 Lebih Baik)

“Kami mengharapkan GAPMMI beserta seluruh anggotanya tetap berupaya keras dan bekerja sama dengan pemerintah agar pertumbuhan industri yang dicapai saat ini dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Sehingga sektor industri makanan dan minuman menjadi penggerak utama industri nasional,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua GAPMMI Adhi S. Lukman cukup optimistis pertumbuhan industri makanan dan minuman masih baik tahun depan. Kinerja ekspor makanan dan minuman tahun ini memang kurang baik. Namun, dia memperkirakan tahun depan realisasi ekspor makanan dan minuman bisa menyamai tahun lalu.

“Untuk menopang kinerja, kami juga terus mencoba masuk ke negara-negara tujuan nontradisional. Bahkan, peluang kebutuhan produk halal akan turut memberikan kontribusi,” ujarnya. (Baca: Tiga Alasan BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2017)

Menyinggung soal tantangan yang akan dihadapi dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Panggah menyatakan komitmen pemerintah memberikan dukungan strategis. Dukungan ini meliputi pemberian insentif investasi, fasilitasi penyediaan bahan baku, dan pengembangan infrastruktur dalam mendukung konektivitas untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi distribusi bahan baku dan produk.

“Pemerintah terus berupaya menciptakan iklim investasi dan memberikan dukungan dalam pengembangan industri makanan dan minuman,” kata Panggah.

Kementerian Perindustrian berkomitmen menyiapkan tenaga kerja yang handal melalui pendidikan vokasi atau kejuruan, penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihanDengan  sehingga tercipta tenaga kerja profesional di sektor industri. Pemerintah berharap sektor ini dapat menerapkan cara pengolahan dan sistem manajemen keamanan pangan yang baik mulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan, pengemasan, serta distribusi dan perdagangannya.

(Baca: Pertumbuhan Produksi Manufaktur Mulai Membaik)