Pengamat: RI Perlu Diversifikasi Impor, Cegah Lonjakan Harga Kedelai

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Pekerja membuat tempe di sentra perajin tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Senin (4/1/2021). Harga kedelai impor naik tajam di pasaran membuat produsen tahu dan tempe kesulitan produksi.
Editor: Ekarina
5/1/2021, 09.32 WIB

Di sisi lain, industri perbenihan yang tidak jalan, efesiensi skala usaha tani serta lahan kedelai yang tidak seluas produk pertanian lain, menyebabkan Indonesia masih bergantung pada impor komoditas tersebut.

Meski  naiknya harga kedelai atau tahu tempe tak mempengaruhi inflasi sebesar cabai, tapi lonjakan harga ini perlu diantisipasi. “Mungkin untuk sementara konsumen menahan diri untuk tidak mengonsumsi tahu dan tempe,” kata Yusuf.

Sementara itu Ketua Bidang Organisasi Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Muhammad Ainun Najib menjelaskan, kelangkaan tahu dan tempe disebabkan oleh minimnya pengawasan pemerintah. Oleh sebab itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) perlu mengintervensi importir untuk mengucurkan stok dengan harga lama. 

“Kalau stok yang dimiliki sudah di impor tahun lalu, kemudian diberlakukan harga yang sekarang, itu tidak adil karena menyebabkan keuntungan besar bagi importir,” kata Ainun dalam keterangan pers yang diterima Katadata.co.id, Senin (4/12).

Karena itu, IKAPPI mendorong Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menekan impor agar stok 450.000 ton kedelai yang ada di Indonesia memiliki harga sama dengan harga lama.

“Terlepas dari itu, kita berharap pemerintah memiliki data jumlah konsumsi per kuartal dan per bulan. Sehingga, kita bisa mengetahui kebutuhan dan konsumsi yang diperlukan,” kata dia.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebelumnya berjanji segera menyiapkan pasokan kedelai dari produksi lokal sebagai subtitusi impor.

"Ini menjadi pelajaran untuk kita semua sehingga kekuatan (produksi) lokal dan nasional harus menjadi jawaban dari kebutuhan (kedelai) itu," kata Syahrul usai menggelar rapat bersama Gakoptindo di Kantor Pusat Kementan Jakarta, Senin kemarin (4/1).

Halaman:
Reporter: Annisa Rizky Fadila