Pemerintah Tahan Ekspor Beras hingga 2 Tahun Antisipasi Krisis Pangan

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/nz
Petani merontokan padi di Sindarasa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (13/6/2022).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
16/8/2022, 17.43 WIB

"Caranya yaitu dengan diversifikasi pangan lokal dan peningkatan konsumsi sayur, buah, kacang-kacangan, dan pangan hewani sehingga bisa memenuhi gizi masyarakat Indonesia," ujarnya.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pemerintah sudah menghentikan impor beras konsumsi sejak 2019. Salah satu pendorong penghentian impor beras adalah pembangunan bendungan dan irigasi di dalam negeri.

"Kita baru saja memperoleh penghargaan dari International Rice Research Institute karena kita dinilai mampu mencapai sistem ketahanan pangan dan swasembada beras sejak tahun 2019," kata Presiden Jokowi dalam Rapat Paripurna DPR 2022, Selasa (16/8).

Pada 2014-2024, pemerintah menargetkan akan ada 61 bendungan baru di penjuru negeri. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), total bendungan yang telah selesai pada 2014-2021 mencapai 29 bendungan. Sementara itu, sebanyak 32 bendungan saat ini sedang dalam tahap konstruksi.

Dari 61 bendungan, sebanyak 52 bendungan memiliki kapasitas tampung 3,73 juta liter untuk mengairi 71 daerah irigasi seluas 385.646 hektar. Saat ini, daerah irigasi yang telah selesai dibangun mencapai 16 unit, sedangkan 55 unit masih dalam proses konstruksi.

Pembangunan bendungan dan irigasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian lebih lanjut. Pengoperasian 61 bendungan dan 51 daerah irigasi akan meningkatkan intensitas tanam dari dari posisi 2014 sebanyak 137% menjadi 254%. Dengan kata lain, total panen dapat naik dari sekali setahun menjadi hingga tiga kali setahun.

Presiden Jokowi mengatakan, salah satu kekuatan negara adalah sumber daya alam yang melimpah. Menurutnya, wilayah yang luas dengan keanekaragaman hayati terkaya di dunia pasti menjadi kekuatan besar negara jika dikelola secara bijak dan berkelanjutan.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief