Kalah dengan Malaysia, UMKM RI yang Masuk Rantai Pasok Global Hanya 4%

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/nym.
Sejumlah penjahit menyelesaikan proses produksi celana di Konveksi Aka, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (18/10/2022).
24/11/2022, 16.18 WIB

Kementerian Koperasi dan UKM atau KemenKopUKM menggandeng 17 Badan Usaha Milik Negara atau BUMN untuk menghubungkan Koperasi dan UMKM ke dalam rantai pasok global. Selain BUMN, terdapat juga dua perusahaan besar yang terlibat dalam rantai pasok tersebut.

Hal tersebut diwujudkan dalam Forum Kemitraan UMKM/IKM dengan BUMN dan Usaha Besar yang terselenggara di Smesco Indonesia, Jakarta, Kamis, (24/11). 

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan bahwa UMKM yang terhubung rantai pasok global baru mencapai 4,1 persen, sedangkan untuk dalam negeri kemitraan usaha besar dan UMKM baru 7 persen. Jumlah UMKM Indonesia yang masuk dalam dalam rantai pasok global tersebut kalah dengan negara-negara lain seperti Vietnam 20% dan Malaysia 46,2%. 

"Oleh karenanya kami mengembangkan program UMKM naik kelas. Salah satunya kemitraan UMKM dengan BUMN dan usaha besar," kata MenKopUKM Teten Masduki saat memberikan sambutan dalam acara Forum Kemitraan UMKM/IKM dengan BUMN dan Usaha Besar.

Dia mengatakan, upaya tersebut juga bertujuan agar UMKM naik kelas. Saat ini, 97& UMKM omsetnya masih berada di bawah Rp 2 miliar per tahun.

Melalui kemitraan ini, dia mengatakan, BUMN akan membantu UMKM, dengan membeli produk-produknya melalui  pasar digital BUMN. Selain itu, nantinya UMKM akan diintegrasikan dalam rantai pasok BUMN dan swasta.

"Hal ini sudah diinisiasi dari 3 tahun sebelumnya, dan sekarang baru bisa dijalankan," ujar Teten.

Teten mengatakan, model kemitraan ini telah diterapkan di Jepang dan Cina. Program tersebut terbukti berhasil membuat UMKM di negara tersebut masuk rantai pasok global.

"Seperti di Jepang dan Cina, kompenen-komponen industri otomotif, makanan, pertanian dan sebagainya dipasok oleh BUMN dan UMKM. Jadi UMKM tidak bekerja sendiri-sendiri tapi akan menjadi bagian dari industri," ujarnya.

Dengan demikian, Teten mengatakan nantinya UMKM harus lebih kreatif dalam memproduksi barang-barang penjualannya. "Jangan hanya memproduksi kripik dan batik agar UMKM dapat lebih maju dan naik kelas.

Teten mengungkapkan, dalam kolaborasi tersebut akan ada transfer teknologi dan transfer managemen bisnis. Dengan demikian, hal ini dapat mendorong UMKM untuk bisa naik kelas dari usahanya, dan dari teknologinya.

 Staf Ahli Menteri BUMN Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Loto Srinaita Ginting mengatakan pihaknya juga turut mendorong dan mensukseskan aksi afirmasi gerakan belanja produk dalam negeri

"Ini menjadi penyemangat bagi BUMN untuk meningkatkan belanja produk dalam negeri teemasuk kepada para UMKM. Tercatat belanja Produk Dalam Negeri BUMN hingga 31 Oktober 2022, mencapai Rp241,3 triliun. Harapannya melalui event ini meningkat lagi capaiannya," kata Loto.

Ia juga menambahkan, dari enam BUMN yang tahun lalu turut berpartisipasi, sekarang naik menjadi 17 BUMN.

"Tentu ini karena semangat BUMN untuk terus mendukung UMKM sebagai rantai pasok BUMN," kata Loto.


Reporter: Nadya Zahira