Kementerian Perindustrian atau Kemenperin meyakini industri tekstil kembali moncer pada tahun politik 2024. Hal ini didorong oleh peningkatan pemesanan kebutuhan partai politik menjelang pemilihan umum atau Pemilu, mulai dari baju hingga bendera.
"Karena dengan banyaknya partai ini, itu pasti kan menggeliat juga permintaan, terutama akan berdampak bagi sektor kain dan benang. Saya optimistis di tahun 2024, politik ini jadi berkah di industri tekstil dan produk tekstil," ujar Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito saat dijumpai di Gedung Kemenperin, Jakarta, Senin (31/7).
Warsito juga meyakini permintaan pembuatan kaos partai pada tahun 2024 mendatang, akan lebih besar dibanding momentum tahun-tahun politik sebelumnya, yakni 2019.
Optimisme itu muncul lantaran Komisi Pemilihan Umum atau KPU memproyeksikan ada sebanyak 110 juta penduduk yang diperkirakan ikut berpartisipasi dalam Pemilu 2024.
"Ini akan berdampak pada pada kaos-kaos partai, nanti akan banyak yang pesan. Saya pikir lebih baik tahun ini, karena di konsolidasi dengan apa yang mereka harapkan bersama-sama. Pemilihan Pilkada Pilpres itu seru untuk di industri kita tekstil," kata Warsito.
Berdasarkan hasil riset Kementerian Perindustrian Kemenperin, Indeks Kepercayaan Industri atau IKI periode Juni 2023 mencatatkan angka 53,93 atau naik 3,03 poin dibandingkan dengan Mei 2023.
Peningkatan IKI di industri manufaktur ini merupakan kontribusi dari subsektor besar yang mengalami ekspansi. Namun, 3 subsektor tercatat masih mengalami kontraksi yaitu, industri tekstil, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, dan industri pengolahan lainnya.
"Kami menyatakan bahwa subsektor tekstil itu masih suffer atau terpuruk. Meskipun ada tren kenaikan IKI tetapi kita menerima laporan juga dari kawan-kawan industri tekstil, bahwa industri tekstil ini masih suffer," kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif dalam konferensi pers Rilis IKI Juni 2023 di kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (27/6).
Sebelumnya, sebanyak 12.000 buruh terancam terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK tahun ini. Setidaknya ada tiga penyebab PHK buruh TPT masih berlanjut di 2023.
“Kurang lebih ada lima perusahaan yang akan merasionalisasikan para pekerjanya pada kuartal ketiga tahun ini sampai Agustus-September,” ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia atau API, Danang Girindrawardana, saat ditemui di Jakarta, Rabu (21/6).
Langkah rasionalisasi para buruh tersebut lewat tiga jenis. Pertama, memutuskan hubungan kerja atau PHK. Kedua, tidak memperpanjang hubungan kontrak, dan ketiga melakukan pemangkasan jam kerja.
“Ini situasi yang paling akhir yang harus dilakukan yaitu melalui rasionalisasi karyawan,” kata dia.
Kinerja ekspor industri tekstil Indonesia melemah pada awal tahun ini. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang kuartal I 2023 industri tersebut mencatatkan ekspor seberat 380,4 ribu ton, turun 14,98% dibanding kuartal I 2022. Dalam periode sama, nilai ekspornya juga turun 25,44% menjadi US$ 934,6 juta.