Negosiasi Kesepakatan Dagang AS dan Tiongkok Masih Alot

Dilok Klaisataporn/123RF.com
Ilustrasi. Perang dagang antara AS dan Tiongkok sudah berlangsung sejak awal 2018.
Penulis: Agustiyanti
16/11/2019, 08.55 WIB

Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok belum menghasilkan perjanjian kesepakatan dagang tahap I yang seharusnya sesuai jadwal awal diteken pada 16-17 November 2019. Kedua negara ekonomi terbesar ini disebut masih memiliki perbedaan pandangan yang signifikan. 

Dikutip dari Reuters, Menteri Perdagangan AS Wibur Ross menyebut Presiden Donald Trump belum sepakat untuk menghapus tarif apa pun sebagai bagian dari kesepakatan tersebut. Selain itu, komitmen Tiongkok untuk membeli produk pertanian AS belum jelas.

Keengganan Tiongkok untuk berkomitmen membeli produk pertanian AS dalam jumlah tertentu menjadi fokus penting dalam pembicaraan dagang. Demikian pula dengan keengganan AS menurunkan tarif.

Tiongkok, menurut Ross, sebenarnya mampu membeli produk pertanian AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar. “Pertanyaannya adalah, apakah mereka mau berkomitmen untuk itu?" Katanya.

(Baca: Impor Barang dari Hong Kong Anjlok Imbas Demo Berkepanjangan)

Ross belum dapat memastikan apakah kesepakatan tahap I dapat diteken sesuai jadwal awal pada pertengahan bulan ini. Tenggat waktu penyelesaian kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok menguap dengan pembatalan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Internasional di Chili yang dibatalkan akibat kerusuhan di negara itu.

Adapun tenggat lain adalah rencana kenaikan tarif AS untuk impor Tiongkok yang bakal dilakukan pada 15 Desember.

Dia mengatakan ada banyak waktu untuk melanjutkan negosiasi sebelum batas waktu Desember, tetapi Trump akan dengan senang hari menaikkan tarif jika kesepakatan tak tercapai.

(Baca: Luhut Sebut Investasi Asing Rp 2.282 T Bakal Masuk ke RI Hingga 2023)

Ross juga mengatakan ada "kemungkinan sangat tinggi" bahwa AS akan mencapai kesepakatan akhir pada kesepakatan perdagangan fase satu dengan Tiongkok.

Komentar Ross menampik pernyataan penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, yang mengatakan kedua belah pihak “semakin dekat” dengan kesepakatan.

Komentar positif Kudlow sempat memicu rebound di Bursa Saham Wall Street, mengirimkan indeks saham utama AS ke level rekor.S&P 500 mencatat kenaikan keenam berturut-turut selama minggu ini sementara Dow Jones Industrial Average menembus level 28.000 untuk pertama kalinya.

Menurut riset Fitch Ratings dan Oxford Economics, eskalasi perang dagang menjadi ancaman nyata bagi pertumbuhan global. Meksiko menjadi negara yang paling terpengaruh oleh perang dagang seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.