Gelombang Kritik Trump ke Jerome Powell Akibat Kebijakan Bunga The Fed

REUTERS/Lucas Jackson/ANTARA FOTO
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, saat konferensi pers di Trump Tower, New York, 11 Januari 2017.
Penulis: Happy Fajrian
28/12/2018, 14.33 WIB

Perseteruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Gubernur Bank Sentral AS atau The US Federal Reserve (the Fed) semakin memanas. Pada malam Natal, Senin (24/12), Trump dalam cuitannya di Twitter bahkan mengatakan bahwa the Fed adalah satu-satunya permasalahan di perekonomian AS saat ini.

Jerome Powell sebenarnya adalah orang pilihan Trump untuk menggantikan posisi Janet L. Yellen sebagai Gubernur The Fed. Yellen merupakan orang pilihan Presiden AS Barack Obama dari Partai Demokrat. Dipilihnya Powell karena Trump menilai Powell akan menerapkan kebijakan moneter yang lebih longgar dibandingkan pendahulunya.

Pada masa kepemimpinan Yellen, The Fed menerapkan kebijakan moneter ketat setelah krisis keuangan global menghantam pada 2008 yang lalu. Trump dan politisi Partai Republik lainnya menilai kebijakan moneter ketat yang diterapkan Yellen membebani pertumbuhan ekonomi AS.

"Regulasi memainkan peran yang penting, tapi harus dipertimbangkan dampak regulasi tersebut terhadap pasar. Lebih banyak regulasi bukanlah jawaban terbaik untuk setiap masalah," kata Powell pada pidato pencalonannya 5 Oktober 2017 lalu dikutip dari LA Times.

Ketika itu Trump mengatakan bahwa dia memilih Powell karena merupakan orang yang kuat, berdedikasi, dan cerdas.  Powell resmi menjabat sebagai gubernur the Fed pada 5 Februari 2018 dan diharapkan melanjutkan kebijakan yang diterapkan pendahulunya namun Powell memberi sinyal bahwa dia akan lebih terbuka untuk memperlonggar aturan di sektor keuangan AS.

Faktanya, pada masa kepemimpinan Powell, the Fed telah menaikkan suku bunga acuannya hingga empat kali, masing-masing sebesar 25 basis poin. Bahkan Powell masih berencana menaikkan suku bunga acuan pada 2019 mendatang hingga dua kali lagi dengan kenaikan total sebesar 50 basis poin.

Antisipasi kenaikan suku bunga ini telah menciptakan gejolak di seluruh pasar modal di dunia. Di Indonesia, indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam ketika the Fed mengumumkan kenaikan suku bunganya. Pasalnya, kenaikan suku bunga di pasar AS dapat membuat arus modal asing keluar dari Indonesia semakin deras.

(Baca: IHSG dan Bursa Asia Berguguran Terseret Kejatuhan Wallstreet)

Berikut adalah serangkaian cuitan Twitter dan pernyataan Presiden AS Donald Trump kepada media yang mengkritisi kebijakan suku bunga the Fed, dan kepada orang pilihannya sendiri, Jerome Powell:

2 November 2017 (Pencalonan Powell oleh Trump untuk posisi gubernur the Fed)
Trump mengatakan bahwa ia memilih Powell karena "dia kuat, dia berdedikasi tinggi, dan dia cerdas".

13 Desember 2017, The Fed menaikkan bunga acuannya sebesar 25 basis poin.
21 Maret 2018, The Fed menaikkan bunga acuannya 25 basis poin.
13 Juni 2018, The Fed menaikkan bunga acuannya 25 basis poin.

19 Juli 2018
Trump menyampaikan kritik terhadap kebijakan the Fed untuk pertama kalinya.
"Saya tidak senang bank sentral menaikkan bunga pinjaman yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi. Saya tidak suka dengan apa yang sudah kita lakukan untuk perekonomian kita dan kemudian saya melihat suku bunga dinaikkan."

20 Juli 2018
"Tiongkok, Uni Eropa dan lainnya telah membuat nilai tukar mereka lebih lemah dan menurunkan suku bunga, sementara AS terus menaikkan suku bunga dengan nilai tukar dolar yang terus menguat, merampas daya saing kita". "AS seharusnya tidak dihukum karena kondisi kita sangat baik".

30 Agustus 2018
"Saya tidak yakin mata uang dikendalikan seorang politisi". Trump juga menyatakan ia tidak menyesal telah menunjuk Powell.

26 September 2018, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin
"Sebagai sebuah negara kita melakukan yang terbaik," kata Trump pada konferensi pers di New York. "Sayangnya mereka (the Fed) menaikkan suku bunga karena kondisi kita sangat baik. Saya tidak senang dengan itu."

10 Oktober 2018
"Mereka (the Fed) ketat sekali! Saya kira the Fed sudah gila!"

16 Oktober 2018
Pada sesi wawancara dengan Fox Business Network Trump kembali mengkritik keras kebijakan the Fed menaikkan suku bunga. Trump mengatakan bahwa the Fed adalah ancaman terbesar baginya karena telah membahayakan pertumbuhan ekonomi AS.

"(Posisi) bank sentral independen, jadi saya tidak bicara dengan mereka. Tapi saya tidak senang dengan apa yang dia (Powell) lakukan, karena (kenaikan suku bunga) sudah terlalu tinggi."

23 Oktober 2018
Trump mengatakan kepada The Wall Street Journal kalau dia "mungkin" menyesal telah memilih Powell untuk memimpin the Fed. Namun Trump menolak mengatakan situasi seperti apa yang akan mendorongnya untuk menyingkirkan Powell dari posisinya. "Saya tidak akan memecat dia".

Trump mengatakan bahwa dia telah mengirim pesan langsung kepada Powell agar suku bunga diturunkan. Walaupun dia juga menyadari independensi the Fed.

20 November 2018
Trump mengatakan kepada jurnalis bahwa the Fed adalah masalah, dan dia menginginkan the Fed menurunkan suku bunganya.

26 November 2018
“Saya pikir the Fed saat ini adalah masalah yang jauh lebih besar daripada Tiongkok. Saya pikir apa yang mereka lakukan tidak benar. Saya tidak suka dengan apa yang mereka lakukan terhadap suku bunga. Dan mereka sama sekali tidak akomodatif. Saya sedang melakukan negosiasi dagang, dan itu adalah negosiasi dagang yang hebat, tetapi The Fed sama sekali tidak membantu."

27 November 2018
"Saya tidak senang sedikitpun dengan keputusan saya memilih Jay (Powell). Saya pikir the Fed masalah yang lebih besar dibandingkan Tiongkok". "Saya sedang melakukan negosiasi (dagang) dan saya tidak dibantu oleh the Fed".

"Mereka membuat kesalahan karena saya memiliki nyali, dan nyali saya lebih banyak membantu saya dari pada yang bisa dikatakan orang lain dengan otaknya".

11 Desember 2018
"Sangat bodoh kalau the Fed menaikkan suku bunga (lagi). Tapi apa yang bisa saya lakukan? Kalian harus mengerti kalau kita sedang perang dagang, dan kita menang. Tapi saya butuh akomodasi juga (dari the Fed)".

"Powell orang yang baik, dia berusaha melakukan apa yang dia pikir terbaik. Tapi saya tidak setuju, saya pikir dia terlalu agresif, sangat-sangat agresif".

17 Desember 2018
"Sangat menakjubkan, dengan dolar yang sangat kuat, inflasi yang sangat rendah, dunia di sekitar kita kacau dengan Paris yang terbakar, dan Tiongkok yang jauh di belakang, the Fed masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga lagi".

18 Desember 2018, H-1 sebelum the Fed mengumumkan keputusannya menaikkan suku bunga acuan.
"Saya harap orang-orang di the Fed akan membaca editorial Wall Street Journal hari ini sebelum membuat kesalahan lagi. Jangan buat pasar menjadi lebih tidak likuid. Hentikan omong kosong US$ 50 miliar. Rasakan kondisi pasar, jangan hanya mengikuti angka-angka yang tidak ada artinya. Semoga berhasil!"

19 Desember 2018, the Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 2,25% - 2,50%

24 Desember 2018
"Satu-satunya masalah di perekonomian kita adalah the Fed. Mereka tidak memiliki feel terhadap pasar. Mereka tidak mengerti pentingnya perang dagang atau dolar yang kuat. The Fed seperti pemain golf yang sangat kuat tapi tidak bisa memasukkan bola karena tidak memiliki sentuhan akhir!"

(Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga Amerika-25-Bps, Tahun 2019 Tak Lagi Agresif)