Inggris Catat Inflasi Tertinggi 30 Tahun, Pengetatan Moneter Lanjut?

ANTARA FOTO/Justin Tallis/Pool via REUTERS/RWA/sa.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengendarai sepeda selama kunjungannya ke pasar Makanan dan Minuman Inggris yang didirikan di Downing Street, London, Inggris, Selasa (30/11/2021).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Maesaroh
20/1/2022, 08.35 WIB

Kendati demikian, dalam waktu dekat, kenaikan harga-harga tampaknya masih akan memburuk terutama karena kenaikan batas harga energi hingga 50% di April mendatang.

 Pejabat pembuat kebijakan BoE mengumumkan kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya sepanjang pandemi pada bulan Desember.

Suku bunga BoE dinaikkan dari saat ini 0,1% menjadi 0,25%. Dengan demikian, BoE menjadi bank sentral besar pertama bank dunia yang mulai menormalisasi suku bunganya.

Kenaikan suku bunga dilakukan untuk mengendalikan inflasi di Inggris yang pada bulan November saja sudah menyentuh rekor tertinggi dalam satu dekade.

Bank sentral memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya pada April mendatang sebesar 6%.

Namun sejumlah ekonom kini memperkirakan kenaikan harga-harga akan lebih parah dari perkirakan BoE, dimana inflasi April diramal bisa mencapai 7%.

 Tekanan inflasi telah dialami sejumlah negara-negara dunia terutama di negara-negara maju.

Inflasi di Amerika Serikat pada Desember menyentuh rekor tertingginya dalam empat dekade.

Situasi ini mendorong pasar semakin yakin bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan mempercepat kenaikan bunga acuannya.

Pejabat pembuat kebijakan The Fed dalam pertemuan Desember lalu mengumumkan percepatan tapering off sehingga bisa diakhirinya Maret mendatang.

Setelah itu, The Fed diperkirakan akan segera menaikan bunga acuannya tiga atau bisa empat kali tahun ini.

 

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said