Perusahaan Listrik Negara (PLN) menolak penugasan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengembangkan lima Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP). Alasannya, biaya proyek mahal sehingga tidak masuk secara hitungan keekonomian.
Lima WKP tersebut yaitu WKP Wapsalit di Maluku berkapasitas 5 Megawatt (MW), WKP Sumani di Sumatera Barat, WKP Lainea di Sulawesi Tenggara berkapasitas 20 MW, WKP Suwawa di Gorontalo berkapasitas 10 MW, dan WKP Cubadak di Sumatera Barat berkapasitas 10 MW.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PLN Djoko Rahardjo Abumanan menjelaskan keputusan tersebut diambil berdasarkan kajian yang dilakukan bersama Universitas Gadjah Mada (UGM). "Lima WKP ini menghasilkan biaya yang mahal kami tolak," ujarnya di Jakarta, Kamis (27/6).
(Baca: Proyek Listrik 35.000 MW Baru Beroperasi 10% Per Mei 2019)
Di sisi lain, PLN masih mengkaji delapan WKP lainnya yang ditawarkan pemerintah, yaitu WKP Songa Wayaua di Maluku Utara berkapasitas 10 MW, Atedei di NTT berkapasitas 5 MW, WKP Gunung Sirung di NTT berkapasitas 5 MW, WKP Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat berkapasitas 55 MW.
Kemudian, WKP Oka Ile Ange di Pulau Flores berkapasitas 10 MW, WKP Gunung Ungaran di Jawa Tengah berkapasitas 55 MW, WKP Kepahiang di Bengkulu berkapasitas 110 MW, dan WKP Danau Ranau di Lampung berkapasitas 40 MW.
Adapun tahun ini, terdapat empat pembangkit listrik panas bumi (PLTP) yang dijadwalkan beroperasi secara komersial, yaitu Mulut Balai, Sorik Merapi, Sokoria, dan Muaralaboh. Secara total, kapasitas keempat pembangkit tersebut sebesar 180 MW.
(Baca: PLN Akan Naikkan Tarif Listrik Bila Tak Dapat Kucuran Dana Kompensasi )
Secara rinci, PLTP Mulut Balai berada di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan dan memiliki kapasitas listrik 55 Megawatt (MW). Pembangkit ini dikerjakan oleh PGE, dengan nilai investasi sekitar US$ 247,5 juta.
Sedangkan PLTP Sorik Merapi terletak di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dan memiliki kapasitas 40 MW. Pembangkit tersebut dikerjakan Sorik Merapi Geothermal Power dengan investasi sekitar US$ 180 juta.
Selanjutnya, PLTP Sokoria di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur memiliki kapasitas 5 MW. Pembangkit ini dikerjakan Sokoria Geothermal Indonesia dengan investasi US$ 22,5 juta.