Harta Karun yang Ditemukan dalam Proyek MRT Akan Dipamerkan di Museum

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Petugas menunjukkan artefak yang ditemukan di proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (20/9/2022).
28/9/2022, 16.20 WIB

Sejumlah cagar budaya ditemukan saat pembangunan proyek MRT fase 2 Stasiun Bundaran HI-Stasiun Kota. Harta karun yang ditemukan tersebut rencananya akan dipajang di museum yang didirikan di Stasiun Kota.

"Kami melakukan 'checking' dan menemukan banyak sekali cagar budaya", kata Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim, di Jakarta belum lama ini.

Silvia mengatakan bahwa PT MRT Jakarta tidak akan merusak cagar budaya tersebut, melainkan akan melestarikan dengan memajang di museum. Selain itu, terdapat juga cagar budaya yang akan menjadi bagian dari arsitektur stasiun.


Siapa pemilik harta karun?

Arkeolog Junus Satrio Atmodjo mengatakan bahwa seluruh penemuan harta karun tersebut akan menjadi milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hal itu sesuai dengan Undang-undang no.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

“Karena Seluruh sistemnya adalah milik DKI Jakarta, apapun yang kami temukan ya akan dimiliki oleh DKI. Jadi setiap menemukan cagar budaya apapun, kami langsung laporan ke DKI Jakarta,” ujar Satrio kepada Katadata.co.id, pada Selasa (27/09)

Satrio mengatakan, pihaknya selalu memastikan agar pengerjaan proyek MRT tidak merusak cagar budaya. Sejumlah penemuan tersebut nantinya akan dilestarikan dalam museum yang rencananya akan didirikan di dalam Stasiun MRT Kota.

Dia mengatakan, fungsi museum di dalam stasiun MRT Kota ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kehidupan warga Batavia saat pemerintahan Belanda.

“Jadi nanti di dalam Museum kita buatkan narasinya, kita kasih fotonya kita lengkapi video ceritanya, supaya ketika masuk ke stasiun itu bukan hanya untuk naik kereta tetapi juga belajar tentang sejarah kota Jakarta.,” ujar Satrio.

Daftar Harta Karun

Menurut Satrio, daftar cagar budaya yang ditemukan dalam proyek MRT yaitu:

1. Saluran Air Kuno Batavia

Saat persiapan pembangunan Stasiun MRT Kota, pembukaan tanah dilakukan di sepanjang Jalan Pintu Besar Selatan. Satrio menyebutkan pembukaan tanah itu untuk menelusuri temuan struktur bata abad 18 di depan Gedung Museum Bank Mandiri.
Dari pembukaan tanah ini ditemukan struktur Saluran Air Kuno Batavia sepanjang 400 meter pada Desember 2021. "Dan banyak temuan arkeologi," tulisnya.
Saluran air itu merupakan peninggalan masa penjajahan VOC. Sejak 1730, mereka membuat antisipasi lingkungan kota yang kotor dan berupaya memasok air bersih dari arah selatan.
Ujung pipa bermula di Pancoran di tempat bernama waterplaats atau kolam air dan berakhir di sekitar Pasar Ikan.
Saluran pipa juga melewati gedung Wali Kota dan Kastil Batavia yang kini menjadi area Museum Fatahilah. Adapun, lokasi penemuan struktur saluran masuk air bersih di pertemuan Jalan Pinangsia Raya dan Pancoran.

2. Struktur Jembatan Glodok Kuno

Objek ini juga ditemukan pada Desember 2021. Berdasarkan peta lama Batavia, terdapat jembatan untuk menyeberangi kanal Kali Besar yang saat ini menjadi Jalan Pancoran dan Jalan Pinangsia Raya.

3. Trem

Sistem rel trem yang masih utuh ditemukan di depan Museum Bank Mandiri. Selain itu, ada pula artefak abad 19-20 hingga struktur bata tua abad 18.
Satrio mengatakan, Batavia menjadi kota pertama di Indonesia yang memiliki layanan trem. Pada 1869, Batavia mengoperasikan trem kuda.

Selanjutnya, penggunaan trem kuda beralih menjadi trem uap pada 1881. Kemudian, sistem uap itu diganti menjadi trem listrik pada 1885. Jalur trem juga ditemukan di bawah aspal sepanjang Jalan Gajah Mada atau Mollenvliet West sampai dengan Jalan Veteran Rijswijk pada 2018 dan 2021.

4. Artefak

Sejumlah artefak juga ditemukan saat penggalian konstruksi MRT Fase 2A. Mengutip dari Antara, artefak yang ditemukan seperti tulang sendi dan gigi bovidae (hewan pemamah biak, seperti kerbau, antelop, bison), fragmen keramik China, fragmen keramik Eropa, peluru, botol tembikar, hingga koin Belanda.

Artefak tersebut diperkirakan berasal dari abad 18 sampai 20 Masehi. Puluhan artefak tersebut ditemukan saat tim melakukan ekskavasi atau penggalian di kawasan Cagar Budaya, mulai dari Menara Jam Thamrin, depan Kementerian Agama, bagian selatan Jalan Kebon Sirih, depan Wisma Mandiri, Kementerian ESDM, hingga pelataran air mancur menari.

 

 
Reporter: Nadya Zahira, Rizky Alika