Dilanda Kemarau, Produksi Beras Diperkirakan Turun Dua Juta Ton

ANTARA FOTO/Siswowidodo
Petani merawat tanaman di lahan yang mengering di Waduk Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Rabu (6/9).
Penulis: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
10/7/2019, 19.47 WIB

Terlebih lagi, ia mengatakan harga gabah kering panen saat ini sudah mencapai Rp 5 ribu per kilogram, lebih tinggi dari bulan lalu sebesar Rp 4.656 per kg. Hal ini menunjukkan stok gabah kering panen menipis. Padahal, musim panen baru terjadi pada Agustus. "Berarti ini jadi masalah serius. Ada gangguan produksi di tingkat usaha tani," ujar dia.

Selain itu, ia menyarankan pemerintah untuk memberikan subsidi kepada petani, seperti subsidi solar, untuk membantu pemompaan air pada lahan yang kekeringan. Selain bantuan subsidi, Andreas mengusulkan adanya pemberian dana untuk petani yang mengalami puso, terutama bagi petani di luar anggota asuransi usaha tani padi (AUTP).

(Baca: Musim Kemarau, Luas Lahan Gagal Panen Capai 9.358 Hektare)

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan luas lahan yang gagal panen atau puso akibat kekeringan mencapai 9.358 hektare (ha) hingga 4 Juni lalu. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana (PSP) Kementan Sarwo Edhi mengatakan, ada sekitar 100 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan. "Terdapat kurang lebih 100 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan pada musim kemarau 2019 dengan total kekeringan 102.746 ha dan puso 9.358 ha," kata dia.

Daerah yang mengalami puso terluas ialah Jawa Timur seluas 5.069 ha. Kemudian, disusul oleh Jawa Tengah seluas 1.893 ha, Yogyakarta 1.757 ha, Jawa Barat 624 ha, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) 15 ha.

Sementara, daerah yang mengalami kekeringan meliputi Jawa Timur seluas 34.006 ha, Jawa Tengah 32.809 ha, Jawa Barat 25.416 ha, Yogyakarta 6.139 ha, Banten 3.464 ha, Nusa Tenggara Barat (NTB) 857 ha, dan NTT 55 ha.

(Baca: Bahaya Kemarau Panjang yang Mengancam Produksi Pangan)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika