Wabah virus corona diprediksi bakal memengaruhi investasi ke startup Indonesia. Namun, Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) memperkirakan investor semakin berminat untuk berinvestasi di perusahaan rintisan sektor kesehatan (healthtech).
Ketua idEA Ignatius Untung menilai, layanan startup di sektor kesehatan akan semakin sering digunakan di tengah wabah virus corona. Karena itu, transaksinya bakal meningkat.
“Ketika ada orang yang sakit flu sedikit, lalu khawatir dan panik karena mengira terinfeksi virus corona, mereka langsung bertanya ke dokter melalui aplikasi tersebut," ujar Ignatius kepada Katadata.co.id, Selasa (3/3).
Di Indonesia, ada beberapa startup kesehatan seperti Halodoc, Alodokter, Prixa, GoApotik, dan lainnya. (Baca: Dampak Virus Corona Mengancam Potensi Pendanaan Startup di Asia)
Sebaliknya, investasi ke startup berbagi tumpangan (ride hailing) hingga e-commerce diprediksi terdampak covid-19. Sebab, masyarakat akan lebih berhati-hati membeli barang melalui platform online maupun menggunakan transportasi umum.
Kondisi itu akan berpengaruh terhadap operasional startup berbagi tumpangan seperti Gojek dan Grab, juga e-commerce. Apalagi, pertumbuhan ekonomi diprediksi melambat akibat virus corona yang mewabah di banyak negara.
"Artinya, ada kemungkinan gross merchandise value (GMV) sedikit terimbas dan membuat investor ingin tahu alasan itu turun. Apa karena virus corona atau (startup) tidak diterima oleh pasar," ujar dia.
Meski begitu, menurutnya startup skala besar seperti Gojek dan Tokopedia tidak akan terlalu terdampak virus corona. Sebab, transaksinya sudah terukur. Sedangkan, startup yang masih baru dianggap belum terbukti kinerjanya, maka investor akan meninjau lebih lanjut terkait GMV-nya.
"Secara keseluruhan, pastinya (virus corona) bakal berimbas ke investasi ke startup," ujar Ignatius. (Baca: Unicorn Minim Suntikan, Investasi ke Startup Indonesia Anjlok 40,3%)
Hal senada disampaikan oleh Ketua Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R Sirait. "Ada pengaruhnya (virus corona). Kami harus antisipatif karena ini juga berlaku di semua negara. Selalu waspada dan diharapkan (investasi) bisa berjalan normal kembali," ujar dia.
Jefri mengatakan, beberapa startup yang terdampak wabah virus corona yakni sektor logistik, leisure atau penyedia layanan hiburan hingga transportasi. Pemerintah dinilai perlu mengeluarkan beberapa kebijakan khususnya di bidang transportasi agar wabah itu tidak menghambat pertumbuhan investasi ke startup.
Dikutip dari peta persebaran virus corona, Coronavirus COVID-19 Global Cases by John Hopkins CSSE, korban meninggal mencapai 3.162 secara global hingga pagi ini (4/3). Ada 92.860 kasus virus corona. Meski begitu, jumlah pasien yang sembuh sebanyak 48.252 orang.
(Baca: Pertumbuhan Investasi Startup Vietnam Tertinggi di Asia Tenggara)
Pandemi seperti covid-19 beberapa kali terjadi dan berpengaruh terhadap pendanaan ke perusahaan swasta, termasuk startup. Virus Server Acute Respiratory Syndrome (SARS) misalnya, pernah mewabah di Guangdong, Tiongkok pada November 2002.
SARS menyebabkan 774 orang meninggal dunia dan 8.098 terinfeksi di 26 negara. Wabah itu berdampak terhadap pendanaan ke perusahaan swasta (private market funding), sebagaimana tertera pada databoks berikut:
Berdasarkan riset CB Insights, pendanaan ke perusahaan swasta di Asia menurun 27% pada 2003 dibanding 2002. Penurunan itu berlanjut pada 2004, 29% dibanding 2002 atau 3% dibanding 2003.
WHO baru mengumumkan Tiongkok bebas dari kasus SARS pada Mei 2004. Pendanaan ke swasta pun meningkat 56% secara tahunan (year on year/yoy) pada 2005. Pendanaan yang dimaksud berupa investasi langsung dari modal ventura (venture capital) maupun akuisisi atau merger.
Penurunan pendanaan ke perusahaan swasta juga terjadi ketika Zika mewabah di Brasil pada 2005. Pandemi itu menyebar ke seluruh Amerika Selatan, termasuk Amerika Serikat.
(Baca: Gelar Program Pendanaan Tahap 3, Grab Incar Startup Kuliner & Logistik)