PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) resmi meluncurkan layanan dompet digital (e-Wallet) LinkAja pada Minggu (30/6) sore. LinkAja pun berencana ekspansi ke Hong Kong hingga Taiwan, terkait remitansi dan layanan pembayaran menggunakan kode Quick Response (QR Code) .
CEO Finarya Danu Wicaksana menyampaikan, perusahaannya berencana memperluas layanan remitansi ke Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia. “Karena jumlah pekerja migran Indonesia-nya banyak di negara-negara tersebut,” kata Danu kepada Katadata.co.id, Senin (1/7).
Namun dia belum mau menjabarkan kapan rencana tersebut bakal dilakukan. Jika ekspansi ini terwujud, Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di ketiga negara tersebut bisa berkirim uang secara real-time menggunakan LinkAja.
(Baca: Ingin Jadi Unicorn BUMN, LinkAja Akhirnya Resmi Diluncurkan Hari Ini)
LinkAja merupakan dompet digital gabungan dari aplikasi pembayaran besutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Di antaranya TCash dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan TBank dan MyQR milik PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Lalu ada e-cash dari PT Bank Mandiri Tbk, serta yap! dan UnikQu dari BNI.
TCash sudah bekerja sama dengan Singapore Telecommunications (Singtel) Limited untuk menyediakan layanan remitansi pada tahun lalu. Setelah menjadi LinkAja, layanan remitansi di Kota Singa tersebut tetap tersedia.
Adapun saham Finarya dimiliki oleh beberapa BUMN, seperti Telkomsel, Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Tabungan Negara (BTN), PT Pertamina, dan PT Asuransi Jiwasraya. Selain itu, PT Jasa Marga dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) digadang-gadang bakal berpartisipasi menjadi pemegang saham di perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran ini.
Layanan Pembayaran dengan QR Code di Singapura dan Thailand
Selain remitansi, LinkAja berencana memperluas cakupan dalam hal layanan pembayaran menggunakan kode QR ke Singapura dan Thailand. “Ke dua negara itu dulu,” kata Danu.
Hal ini sejalan dengan rencana Bank Indonesia (BI) untuk bekerja sama dengan bank sentral Singapura dan Thailand dalam menerapkan standardisasi kode QR. Standardisasi kode QR yang dikembangkan BI ini disebut dengan QR Code Indonesia Standard (QRIS). BI berencana menerapkan standardisasi kode QR pada Semester II 2019 atau terhitung sejak bulan ini.
(Baca: BI Bakal Uji Coba Standardisasi Kode QR dengan Singapura dan Thailand)
Untuk bisa menerapkan QRIS, BI sudah menyelesaikan dua proyek percontohan (pilot project). Yang pertama dilakukan pada September-November 2018. Lalu, yang kedua dilaksanakan pada awal tahun ini. BI menggandeng 19 perusahaan atau anggota working group untuk menjalankan proyek ini.
EMVCo | Tiongkok | Singapura | Thailand | India | Indonesia** | |
Nama standar | EMV QR Code | n.a | SG QR | ThaiQR Payment | Bharat QR * | QRIS |
Basis | EMVCo * | n.a | EMVCo | EMVCo | EMV | |
Pembuat standar | Visa, Mastercard, Unionpay, JCB, Amex, Discover | PBOC | MAS & Infocomm media dev authority | BOT, Industri SP & Thai Bankers’ Association (TBA) | NPCI, RuPay, Visa, MasterCard, Amex | BI dan 19 perusahaanyang terdiri dari bank, penerbit uang elektronik, switching |
Metode | Merchant dan costumer presented mode | Merchant dan costumer presented mode | Merchant presented mode | Merchant dan costumer presented mode | Merchant presented mode | Merchant presented mode |
Penerbitan Regulasi | Juli 2017 | Desember 2017 | November 2017 | Agustus 2017 | Februari 2017 | - |
Trial/Roll Out | n/a | April 2018 | 2018 | Kuartal IV-2017 | Februari 2017 | Semester II 2019 |
Implementasi | Open source (bebas biaya) | Transaksi terbatas untuk kode QR statis dan dinamis | Terdapat 1 lembaga sebagai repository merchant ID | Para pelaku masuk ke dalam Sandbox sebelum implementasi | Merchant dapat menggunakan aplikasi NPCI untuk generate QR | - |
Sumber: Bank Indonesia
*) EMVCo mengadopsi format BharatQR
**) Masih kajian