Retail Offline Tutup Gerai, Marketplace Bahan Pangan Justru Menjamur

Ilustrasi, konsumen berbelanja di Supermarket Giant Ekspres, Mampang Prapatan, Jakarta, Minggu (23/6/2019). Giant berencana menutup enam gerai di wilayah Jabodetabek yang akan dilakukan pada 28 Juli 2019. Di tengah penutupan gerai ini, marketplace bahan makanan menjamur.
24/6/2019, 15.05 WIB

Kemudian Sayurbox yang menawarkan aneka produk makanan seperti sayuran dan buah-buahan organik, aneka salad, serta jus. Marketplace itu juga menjual aneka rempah dan bumbu dapur, kudapan sehat, roti, selai, dan sebagainya. Startup ini menyiapkan skema pengiriman produk dalam kurun waktu sehari setelah panen.

(Baca: Aprindo: Penjualan Retail Selama Ramadan dan Idul Fitri 2019 Lesu)

Selain Sayurbox, ada beberapa marketplace yang fokus menyediakan bahan makanan sehat, yakni Lemonilo, Kecipir, dan Club Sehat. Ada juga marketplace yang mengkhususkan diri untuk produk oleh-oleh seperti Omiyago. Startup tersebut bahkan menawarkan layanan pengiriman menggunakan armada khusus untuk menjaga kualitas produk.

Konsumen juga bisa membeli bahan makanan melalui pedagang sayur keliling yang terintegrasi dengan platform digital seperti Kedai Sayur dan Tukangsayur.co. Layanan seperti ini menjadi alternatif bagi konsumen yang enggan berbelanja ke retail offline seperti Hero, Giant, ataupun Superindo.

(Baca: Asosiasi Sebut Giant Tutup Bukan Karena Pengaruh Bisnis Online)

Ada juga marketplace yang langsung menghubungkan petani dengan konsumen individu hingga restoran, seperti RegoPantes, LimaKilo, dan Tanihub. Marketplace seperti ini mengklaim harga produk yang ditawarkan lebih murah, karena memutus rantai distribusi.

Selain marketplace, perubahan gaya hidup masyarakat yang gemar memesan makanan siap saji menjadi tantangan tersendiri bagi retail offline. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, ada perlambatan pertumbuhan pada komponen makanan dan minuman selain restoran, dari 5,36% pada 2017 menjadi 4,81% pada 2018.

Namun, komponen restoran dan hotel tumbuh dari 5,31% menjadi 5,85% pada tahun lalu. BPS menduga, salah satu penyebabnya adalah kehadiran layanan pesan-antar makanan seperti Go-Food dan GrabFood.

(Baca: Layanan Pesan Antar Go-Food dan GrabFood Ubah Perilaku Konsumen)


Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur