Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Amazon Web Service (AWS) menggelar program pelatihan Digital Leadership Academy tahun ini. Program ini bertujuan mengatasi defisit talenta digital di Indonesia, terutama di sektor pemerintahan.
Kominfo juga menggandeng beberapa universitas global yakni Nasional University of Singapore, Tsinghua University, Cornell University, Massachusetts Institute of Technology, University of Oxford, Harvard Kennedy School, Imperial College London, dan University of Cambridge.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kominfo Hary Budiarto menyampaikan, peserta akan mendapatkan pelatihan kemampuan digital dari AWS, universitas, serta kementerian dan lembaga.
"Kami menargetkan 550 orang peserta pada 2022," kata Hary dalam konferensi pers virtual pada Kamis (31/3).
Dengan AWS, Kominfo akan mulai menggelar pelatihan bulan depan. Pelatihan ini akan menggaet 150 peserta dengan tema drivering government digital transformation with one data and smart city.
Peserta pelatihan terpilih merupakan gabungan dari berbagai sektor, baik publik dan privat. "Ini terdiri dari Aparatur Sipil Negara (ASN) di kementerian dan lembaga, TNI, Polri, DPR, DPD, DPRD, akademisi, BUMN, BUMD, serta C level dari sektor privat," ujar Hary.
Hingga saat ini, jumlah pendaftar untuk pelatihan tersebut mencapai 280 orang. "Kami akan pilih 150 peserta," katanya.
Menteri Kominfo Johnny G Plate mengatakan, program Digital Leadership Academy merupakan bentuk kesiapan sektor pemerintahan dalam merespon perubahan zaman. "Ini perlu didorong dan dilaksanakan sesegera mungkin, terlebih Indonesia mempunyai potensi ekonomi digital yang besar," ujarnya.
Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai ekonomi digital Indonesia US$ 70 miliar atau Rp 997 triliun pada 2021. Nilainya diprediksi melonjak menjadi US$ 146 miliar atau sekitar Rp 2.080 triliun pada 2025.
Namun McKinsey dan Bank Dunia memperkirakan bahwa Indonesia kekurangan sembilan juta pekerja digital hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600 ribu pegiat digital per tahun.
Riset AWS dan AlphaBeta juga menunjukkan, hanya 19% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai keahlian di bidang digital. Padahal, Nusantara butuh 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.
Deputi Bidang Kebijakan Pengembangan Kompetensi Lembaga Administrasi Negara Muhammad Taufiq mengatakan, pelatihan untuk ASN merupakan upaya pemerintah dalam mengatasi masalah defisit talenta digital.
"Kami melihat defisit talenta digital Indonesia signifikan, apalagi di sektor publik yang diharapkan menjadi enabling factor dalam transformasi digital," katanya.
Country Manager Public Sector AWS M Ghozie Indra Dalel mengatakan, kerja sama AWS dengan Kominfo merupakan bagian dari pengembangan visi perusahaan di pasar dalam negeri. "Ini komitmen kami untuk sama-sama mendukung transformasi digital di Indonesia," katanya.
Apalagi, AWS resmi membuka fasilitas pusat data di Indonesia tahun lalu. Anak usaha Amazon ini juga berinvestasi US$ 5 miliar atau sekitar Rp 71 triliun dalam 15 tahun ke depan di Indonesia.