Google, Tesla hingga Facebook Terkena Imbas Ancaman Resesi Amerika

marketingland.com
Microsoft
14/7/2022, 15.11 WIB

Amerika Serikat (AS) mengalami lonjakan inflasi dan terancam resesi ekonomi tahun depan. Setidaknya ada enam raksasa teknologi yang terkena imbas.

Tesla misalnya, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 229 karyawan dari tim Autopilot. Perusahaan besutan orang terkaya di dunia, Elon Musk ini juga menutup salah satu kantornya di Amerika.

Menurut pengajuan laporan di negara bagian California, AS, Tesla memberhentikan pekerja di kantor San Mateo. Cabang ini mempekerjakan 276 pekerja.

Berdasarkan laporan tersebut, sebanyak 47 karyawan yang tersisa dapat dialihkan untuk bekerja di kantor Buffalo Autopilot Tesla.

"Sebagian besar pekerja memiliki keterampilan rendah, pekerjaan dengan upah rendah, seperti pelabelan data Autopilot, yang melibatkan penentuan apakah algoritme Tesla mengidentifikasi objek dengan baik atau buruk," demikian bunyi laporan tersebut dikutip dari Business Insider, Kamis (14/7).

Sehari sebelumnya, induk Google, Alphabet mengumumkan akan memperlambat laju perekrutan karyawan hingga tahun depan. Hal ini disampaikan oleh CEO Alphabet Sundar Pichai kepada karyawan melalui email

Ketika pengumuman dari induk Google itu mencuat, Microsoft dikabarkan telah melakukan PHK terhadap kurang lebih 1% dari 180 ribu karyawan.

“Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi prioritas bisnis kami secara teratur, dan membuat penyesuaian struktural yang sesuai,” kata Microsoft dikutip dari TechCrunch, Selasa (12/7).

Katadata.co.id mencatat, setidaknya ada enam raksasa teknologi global yang terdampak ancaman resesi AS. Keenam raksasa teknologi global itu antara lain:

1. Tesla

Tesla telah melakukan PHK terhadap 229 karyawan dari tim Autopilot dan menutup salah satu kantor di AS. Aksi PHK ini merupakan bagian dari pengurangan 10% dalam tenaga kerja yang diumumkan CEO Tesla Elon Musk bulan lalu. 

Perusahaan mulai memberhentikan karyawan setelah Elon Musk mengumumkan akan melakukan pengurangan total jumlah karyawan sekitar 3,5%. Sebagai informasi, Tesla mempekerjakan lebih dari 100.000 orang di seluruh fasilitas.

Elon Musk juga telah memberitahu karyawan melalui email bahwa dia memiliki firasat sangat buruk tentang ekonomi. "Kami akan mengurangi gaji tenaga kerja Tesla sekitar 10% selama tiga bulan ke depan," kata Musk dikutip dari Engadget, bulan lalu (30/6).

Kekhawatiran Musk soal resesi memang jadi penyebab PHK. Padahal, sejauh ini permintaan untuk mobil Tesla dan kendaraan listrik lainnya tetap kuat.

“Hal senada dirasakan oleh banyak orang. Tapi kita tidak berbicara tentang resesi global,” kata Kepala Penelitian Ekonomi Makro Global di bank Belanda ING Carsten Brzeski.

“Kami memperkirakan ekonomi global melandai jelang akhir tahun. AS akan melandai, sementara Cina dan Eropa tidak bakal pulih,” tambah dia.

2. Google

Induk Google, Alphabet memperlambat perekrutan karyawan hingga tahun depan. CEO Alphabet Sundar Pichai mengatakan bahwa ini merupakan dampak dari kondisi ekonomi global. 

"Seperti semua perusahaan, kami tidak kebal terhadap hambatan ekonomi," katanya.

Google juga bakal mengurangi investasi dalam penelitian dan pengembangan. Raksasa teknologi ini akan spesifik berinvestasi pada bisnis yang lebih prioritas selama periode ketidakpastian ekonomi ini.

"Dalam beberapa kasus, itu berarti mengkonsolidasikan di mana investasi tumpang tindih dan merampingkan proses," kata Pichai. 

3. Microsoft

Perusahaan besutan Bill Gates ini melakukan PHK terhadap kurang lebih 1% dari 180 ribu karyawan. “Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi prioritas bisnis secara teratur, dan membuat penyesuaian struktural yang sesuai,” kata Microsoft dikutip dari TechCrunch, Selasa (12/7).

4. Twitter

Twitter dikabarkan melakukan PHK kepada kurang dari 100 karyawan. Itu artinya, perusahaan media sosial ini memangkas 30% dari tim rekrutmennya.

5. Meta

Induk Facebook juga disebut-sebut bersiap melakukan PHK. Berdasarkan sumber The Information, VP Remote Presence and Engineering Meta Maher Saba memberitahu manajer perusahaan untuk mengidentifikasi dan memberhentikan karyawan yang berkinerja buruk. 

“Jika laporan adanya karyawan berkinerja rendah, mereka bukan yang kami butuhkan, mereka mengecewakan perusahaan ini,” kata Saba dikutip dari Gizmodo, Selasa (12/7). “Sebagai seorang manajer, Anda tidak dapat membiarkan seseorang menjadi netral atau negatif bagi Meta.”

Sebelumnya, CEO Meta Mark Zuckerberg mengungkapkan bahwa perusahaan bermaksud memangkas perekrutan engineer 30% hingga akhir tahun ini.

"Jika harus bertaruh, saya akan mengatakan bahwa ini mungkin salah satu penurunan terburuk yang pernah kami lihat dalam sejarah baru-baru ini," kata Zuckerberg.

Meta juga telah menghentikan atau memperlambat perekrutan pada sebagian besar peran di tingkat menengah dan tingkat senior.

6. Netflix

Platform video on-demand ini telah memberhentikan 300 karyawan pada bulan lalu. PHK ini berdampak pada sekitar 3% tenaga kerja di Netflix. PHK ini sebagian besar terjadi di AS.

"Kami sangat berterima kasih atas semua yang telah pekerja lakukan untuk Netflix dan bekerja keras mendukung mereka melalui transisi yang sulit ini," kata juru bicara Netflix dikutip dari CNN Internasional, pada Juni (27/6).

Netflix telah memberhentikan 150 pekerja pada Mei, untuk efisiensi. "Kami membuat penyesuaian ini, sehingga biaya tumbuh sejalan dengan pendapatan yang lebih lambat," kata juru bicara Netflix.

Sejumlah raksasa teknologi global itu terkena dampak ancaman resesi di AS. Laju inflasi Amerika pada Juni bahkan mencapai 9,1% atau tertinggi sejak November 1981. 

Pasar semakin khawatir bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve akan mengambil langkah kian agresif dalam menaikkan suku bunga. Hal ini akan meningkatkan ancaman resesi.

Apalagi, perusahaan Pialang Global Nomura Holdings telah memperkirakan ada tujuh negara yang masuk jurang resesi ekonomi tahun depan, yaitu:

  1. Amerika Serikat
  2. Zona Eropa
  3. Inggris
  4. Jepang
  5. Korea Selatan
  6. Australia
  7. Kanada

Dalam catatan penelitian, Nomura menggarisbawahi beberapa negara ekonomi menengah, termasuk Australia, Kanada, dan Korea Selatan, akan menghadapi masalah utang. Mereka berisiko mengalami resesi lebih dalam dari perkiraan, jika kenaikan suku bunga memicu kegagalan di sektor perumahan.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan