Pemanasan Global Ancam Pariwisata, Maladewa dan Venesia Bisa Tenggelam

ANTARA FOTO/REUTERS/Reinhard Krause/File photo/File Photo/File Photo/AWW/dj
Reinhard Krause/File photo/File Photo/File Photo ARSIP FOTO: Foto udara ibukota Maladewa, Male, 9 Deseber 2009.
Penulis: Antara
27/2/2024, 17.54 WIB

Hal ini bisa menyebabkan penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah selatan dan meningkatkan jumlah wisatawan ke wilayah utara.

Menurut data Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia pada 2022, sektor pariwisata berkontribusi sebesar 7,6 persen atau 7,7 triliun dolar AS (sekitar Rp120,5 kuadriliun) terhadap perekonomian global.

Meski masih dalam masa pemulihan dari pandemi COVID-19, industri ini kini harus menghadapi tantangan tambahan akibat dampak buruk perubahan iklim. Nilai sektor ini sebelum COVID-19 adalah 10 triliun dolar AS (sekitar Rp156,5 kuadriliun) atau sekitar 10,4 persen dari perekonomian global.

Hasil penelitian Universitas Cambridge menyoroti dampak negatif kenaikan permukaan laut, peristiwa cuaca ekstrem, dan oksidasi laut terhadap infrastruktur pendukung pariwisata bahari.

Selain itu, terjadi kerusakan terumbu karang, kenaikan suhu, dan kebakaran hutan yang semakin mengancam destinasi wisata.

Sebuah penelitian pada 2023 oleh World Economic Forum (WEF) menekankan dampak negatif panas ekstrem terhadap wisatawan, seperti kebakaran hutan di Yunani, gelombang panas di Italia, dan pembatalan penerbangan di Amerika Serikat.

Halaman: