Aryanto Misel (67) warga Lemahabang Wetan, Kabupaten Cirebon, membuat alat yang disebut mampu mengonversi air menjadi hidrogen dan bisa digunakan sebagai bahan bakar pengganti bensin atau BBM untuk kendaraan bermotor.
Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah itu menamai alat temuannya nikuba yang merupakan akronim dari kata bahasa Jawa, “niku banyu”, yang artinya “itu air”.
Ia menceritakan, Nikuba merupakan pengembangan dari alat penghemat BBM yang ia buat enam tahun silam. Ia mengklaim telah membuat lebih dari 200 alat penghemat BBM yang dirasa mampu menghemat penggunaan BBM hingga 40%. Alat tersebut ia jual seharga Rp 2,5 juta per unitnya.
"Terpasang semua dan berhasil dan bagus tanpa masalah. Dan setelah itu teman-teman mendorong bagaimana air itu digunakan sebagai bahan bakar di motor. Maka saya coba," cerita Aryanto kepada Katadata.co.id, Rabu (25/5).
Ia mengaku memperoleh ilmu invensi atau reka cipta sejak duduk di bangku sekolah menangah pertama (SMP). Pria yang mengaku tak lulus dari bangku sekolah menengah atas (SMA) tersebut mengaku senang bergelut di dunia kimia dan fisika.
Selain itu, Aryanto mengatakan bahwa dirinya juga menyukai seni patung dan seni lukis. Guna melakukan pengerjaan alat Nikuba, ia dibantu oleh seorang montir. Kediaman Aryanto yang terletak di Lemahabang Wetan, Kabupaten Cirebon ia gunakan sebagai bengkel produksi Nikuba
"Boro-boro sampai belajar di universitas. Pas waktu mau ujian itu saya gak ikut ujian. Ijazah SMA saya gak punya. Tapi saya jujur sampai tua gini rajin baca. Apapun saya baca," ujarnya.
Cara Kerja Alat Nikuba
Aryanto menjelaskan cara kerja alat Nikuba cukup mudah. Di dalam alat berbentuk kotak seukuran bola voli tersebut, ada semacam katalis yang berfungsi memisahkan antara hidrogen (H2) dan oksigen (O2) yang terkandung di dalam air (H2O) melalui proses elektrolisis.
Adapun air yang digunakan harus bebas dari kandungan logam berat. "Katalisnya pun saya bikin sendiri," kata Aryanto.
Ia melanjutkan, pemisahan hidrogen dan oksigen yang terkandung di dalam air akan menciptakan reaksi anoda dan katoda. Dari hasil pemisahan yang terjadi di alat Nikuba, hidrogen kemudian dialirkan ke intake motor.
Intake merupakan bagian dari mesin yang berbentuk pipa tabung yang terletak di bagian atas mesin. Fungsi intake adalah untuk mengantarkan campuran udara dan bahan bakar ke silinder mesin agar digunakan untuk proses pembakaran.
"Hidrogen lari ke selang yang tertuju ke ruang bakar. Terus oksigennya itu terelekrolisis kembali di Nikuba. Seterusnya seperti itu, berputar," sambung Aryanto.
Ayah dari dua anak itu mengaku bahwa Nikuba mampu menggantikan 100% suplai bensin di kendaraan motor roda dua dengan air. Dalam sejumlah uji coba Nikuba yang ia jalani, 1 liter air yang sudah dikonversi menjadi hidrogen diklaim mampu membuat kendaraan roda dua menempuh perjalanan dari Cirebon ke Semarang, pulang-pergi.
"Sebanyak 1 liter air, kurang lebih bisa 450 kilometer. Kodam III Siliwangi juga melakukan test drive dari Bandung ke Garut. Pulang-pergi," sebutnya.
Saat ini, alat Nikuba telah dipasang di 11 unit motor Trail Aviar 200 CC milik TNI dari Kodam III Siliwangi. Aryanto mengatakan bahwa Nikuba belum dipasarkan secara bebas karena masih menunggu proses legalitas produk.
Selain motor trail, Nikuba juga pernah dipasang di sebuah motor matic saat melakukan proses uji coba yang dilakukan pada bulan lalu. "Di motor matic itu nanti bisa dimasukkan di dalam boxnya, di bawah tempat helm. Sebetulnya masalah naruh itu selera, estetika itu. Komponen motor tidak ada yang diubah," ujarnya.
Saat pertama kali melakukan pengembangan alat tersebut, Aryanto mengatakan proses di awal tak mulus-mulus amat. Percobaan pertama yang dia lakukan di Motor Supra Fit menimbulkan terbakarnya sejumlah kabel di rangakaian motor. "Karena tarikan hidrogen ke aki itu besar. Kabelnya gak kuat jadi dia meleleh. Terbakar," jelasnya.
Saat ditanya perihal berapa harga jual dari alat Nikuba, Aryanto enggan menjawab. Menurutnya, segala urusan yang berkaitan dengan pendanaan dan produksi massal merupakan urusan dari Chief Executive Officer (CEO) perusahaan rintisan Nikuba Hidrogen Nusantara, Narliswandi Piliang alias Iwan Piliang.
"Saya apapun harus koordinasi sama Pak Iwan. Belum mengerjakan sampai beribu-ribu, itu baru wacana untuk nanti kalau memang legalitasnya sudah keluar. Yang saya garap ini baru 11 alat," tukas Aryanto.
Rektor Universitas Teknologi Sumbawa Chairul Hudaya mengatakan bahwa proses mengubah air melalui proses elektrolisis hingga menjadi energi sulit dilakukan. "Untuk memecah hidrogen dari air perlu energi yang besar dan alat yang khusus," katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (6/5).
Ia mengatakan, inovasi bahan bakar untuk kendaraan sebenarnya telah banyak dikembangkan sebelumnya. "Banyak yang free energy, tapi akhirnya terkuak sebagai fake. Kalau mau fair, ini bisa dibedah bersama," ujarnya.
Senada, dosen Teknik Kimia Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI), Widodo Wahyu Purwanto, menduga bahwa Nikuba bukan alat yang bisa menggantikan BBM pada kendaraan bermotor melainkan meningkatkan efisiensi pembakaran pada mesin sehingga menghemat konsumsi BBM secara signifikan.
Jika alat ini mengkonversi air menjadi hidrogen, untuk memisahkan molekul hidrogen dari air (H2O) melalui proses elektrolisis pun memerlukan energi yang besar.
"Air tidak bisa diubah menjadi BBM karena air tidak memiliki kandungan karbon layaknya BBM. Kalau gak salah Nikuba itu ada kemungkinan itu dia pakai HHO, jadi hidrogen dan oksigennya tidak terpisah atau disebut brown gas," ujarnya.
Oleh karena itu dia meragukan jika alat ini 100% tidak menggunakan BBM. "Kalau dibilang gak pakai BBM 100%, saya kira itu tidak bisa ya,” kata Widodo kepada Katadata.co.id.