Krisis Energi, Dunia Hidupkan Kembali Proyek Pembangkit Listrik Nuklir

ANTARA FOTO/REUTERS/Pascal Rossignol/WSJ/sad.
Pascal Rossignol Pemandangan yang menunjukkan empat menara pendingin dan reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir Electricite de France (EDF) di Cattenom, Prancis, Senin (14/2/2022).
Penulis: Happy Fajrian
5/8/2022, 14.41 WIB

“Ekonomi negara timur jauh yang sangat terindustrialisasi juga sangat membutuhkan peningkatan pesat tenaga nuklir, seperti halnya industri Eropa dan Amerika, bahkan mungkin lebih,” ujar Stein.

“Biaya rata-rata listrik yang dihasilkan oleh PLTN konvensional selama masa pakainya kurang dari setengah dari pembangkit berbahan bakar gas dengan harga saat ini, dan berada dalam kisaran yang sama dengan tenaga batu bara,” kata Whitworth dari Wood Mackenzie.

Dia menyebut nuklir akan menyediakan sekitar 5% dari pasokan listrik Asia Pasifik dan ini diperkirakan akan meningkat menjadi 8% pada 2030, berdasarkan proyek-proyek yang telah diumumkan.

Desain reaktor Cina dan Rusia mendominasi proyek yang sedang dibangun sejak 2017 tetapi sanksi terhadap Moskow terkait perang di Ukraina telah menimbulkan pertanyaan tentang kelanjutan pembangkit yang dirancang Rusia. Finlandia telah membatalkan rencana untuk sebuah proyek oleh pemasok nuklir negara Rusia Rosatom.

Penundaan dan pembengkakan biaya dari tinjauan keselamatan tambahan setelah Fukushima dan pandemi Covid-19 juga telah mengganggu proyek. “Tingginya biaya awal reaktor dan kekhawatiran seputar pembuangan bahan bakar limbah dan masalah keamanan secara keseluruhan juga merupakan hambatan,“ kata pakar industri.

Anggaran untuk proyek Hinkley Point C utilitas Prancis EDF, yang sedang dibangun di Inggris, telah meningkat dan akan mulai menghasilkan satu dekade lebih lambat dari yang dijanjikan semula. EDF menyalahkan pandemi karena membatasi staf, sumber daya, dan rantai pasokan.

Di AS, dua reaktor di Plant Vogtle di Georgia dijadwalkan untuk dibuka pada 2023 setelah penundaan enam tahun yang menyebabkan biayanya meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 30 miliar.

“Pengeluaran biaya yang sangat besar dan penundaan yang lama tentu telah menimbulkan kekhawatiran bagi siapa saja yang ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir berkapasitas besar,” kata Timothy Fox, seorang analis di kelompok riset ClearView Energy Partners.

Pemerintah AS juga mengesahkan program senilai US$ 6 miliar untuk membantu pembangkit nuklir yang kesulitan pendanaan dan mendukung kebijakan tambahan untuk sektor ini.

Senat juga mengumumkan RUU yang dapat mendorong pembangunan reaktor nuklir canggih dan mencegah penutupan pembangkit tua. RUU tersebut berisi kredit pajak produksi untuk pembangkit nuklir yang ada untuk menghasilkan listrik "nol-emisi".

Di Eropa, hanya ada beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir yang sedang dibangun tetapi Prancis memiliki rencana untuk membangun hingga 14 reaktor baru pada tahun 2050.

Uni Eropa melabeli investasi tenaga nuklir sebagai ramah iklim awal bulan ini juga diperkirakan akan mengeluarkan dana publik dan swasta untuk proyek-proyek baru.

Halaman: