Survei Morgan Stanley: Kemenangan Joe Biden Akan Dorong Investasi ESG

123rf.com/Mykhaylo Palinchak
Kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 diperkirakan memberi dampak positif bagi investasi sektor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Penulis: Sorta Tobing
16/10/2020, 12.57 WIB

Investasi ESG Naik di Tengah Pandemi

Investasi berwawasan lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (environment, social, and governance/ESG) terus mendapatkan momentum pada 2020. Investor dan pelaku usaha mulai fokus pada hal yang berkelanjutan, ketimbang hanya mencari keuntungan.

 Pandemi Covid-19 menjadi titik balik yang menggarisbawahi pentingnya model bisnis yang tangguh. Cara perusahaan memperlakukan semua pemangku kepentingannya, termasuk karyawan dan pelayan, sangat berpengaruh. “Pandemi dan gerakan antirasial di AS terus menunjukkan masalah ESG dan menambah minat pada dana berkelanjutan,” kata laporan perusahaan riset Morningstar beberapa waktu lalu, dikutip dari CNBC, beberapa waktu lalu.

Morningstar mencatat pada kuartal kedua 2020 terdapat 534 dana indeks ESG dengan total US$ 250 miliar. Dana yang fokus pada ESG mencapai US$ 71,1 miliar pada triwulan tersebut. Total aset global yang dikelola di sektor ini tembus US$ 1 triliun.

Di AS dan Eropa, aset dalam indeks berkelanjutan naik empat kali lipat dalam tiga tahun terakhir. “Ada kesadaran besar masalah ESG adalah isu investasi,” Direktur Penelitian Morningstar Alex Bryan. “Menurut saya, lebih banyak orang mulai memahaminya.”.

Energi Terbarukan Semakin Diminati

Badan Energi Internasional atau IEA dalam laporan World Energy Outlook 2020 menyebut permintaan energi fosil tidak akan pulih hingga 2025. Bahkan perkiraannya energi baru terbarukan akan mengambil peran utama dalam sektor kelistrikan.

Energi ramah lingkungan akan memenuhi 80% pertumbuhan permintaan listrik global dalam beberapa dekade ke depan. Air tetap menjadi sumber energi terbarukan terbesar. Namun, matahari akan mengalami pertumbuhan pesat.

Harga panel surya secara konsisten terus menurun, bahkan menjadi lebih murah ketimbang pembangkit listrik tenaga batu bara atau gas alam di sebagian besar negara. Proyek tenaga matahari bahkan menawarkan listrik dengan biaya terendah dibandingkan bahan bakar lainnya.

“Saya melihat tenaga surya akan menjadi raja baru pasar listrik dunia,” kata Direktur Eksekutif IEA Doktor Fatih Birol dalam siaran persnya, Selasa lalu.

Halaman: