Orang kaya Indonesia, sekaligus bos Grup Djarum, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono kian memperdalam "cakarnya" di bisnis menara telekomunikasi. Melalui PT Dwimuria Investama Andalan, Duo Hartono tersebut menambah kepemilikan sahamnya di PT Sarana Menara Nusantara Tbk.
Mengutip keterbukaan informasi perusahaan di laman Bursa Efek Indonesia, Dwimuria Investama Andalan berencana melakukan tender sukarela untuk saham dengan kode emiten TOWR. Adapun jumlah saham yang diraup sebanyak-banyaknya 2,55 miliar lembar, dengan harga pelaksanaan Rp 1.300 per saham.
Dengan begitu, bos Grup Djarum tersebut berpotensi merogoh kocek hingga Rp 3,3 triliun. Adapun harga yang dibeli itu, berada di atas rata-rata harga acuan 28,7 % atau harga premium. Sebelumnya, Dwimuria Investama hanya mengantongi 100 ribu lembar saham TOWR, sehingga lewat aksi korporasi mendatang, kepemilikan saham Dwimuria akan meningkat ke kisaran 2,55 miliar lembar saham.
Sementara itu, aksi korporasi saham TOWR tersebut memiliki hubungan afiliasi, lantaran Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono merupakan pemegang saham Dwimuria Investama Andalan. Sementara itu, Victor Rahmat Hartono dan Martin Basuki Hartono yang bertindak sebagai pemilik manfaat perusahaan di TOWR, merupakan anak dari Robert Budi Hartono
Berdasarkan catatan RTI Business, pemegang saham pengendali Sarana Menara per Juni 2022 adalah PT Sapta Adhikari Investama (SAI), bagian dari Grup Djarum. Porsi kepemilikan SAI pada saham TOWR sebanyak 54,42 % atau sekitar 27,8 miliar lembar saham. Sementara, masyarakat menguasai 42,5 % atau sekitar 21,6 miliar lembar saham emiten menara telekomunikasi tersebut. Adapun masuknya Dwimuria Investama melalui tender sukarela, memungkinkan kepemilikan saham TOWR beralih 5 % ke tangan Duo Hartono.
Mengenal Duo Hartono Grup Djarum
Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono merupakan pemegang tahta Grup Djarum, generasi kedua, sekaligus masuk jajaran orang kaya di Indonesia. Michael lahir di Kudus, Jawa Tengah pada 1941 dan memiliki nama Cina, Oei Gwie Siong. Dia mengenyam pendidikan di Kudus, dan sempat melanjutkan ke Universitas Diponegoro, Semarang. Namun pada 1963, dia kembali ke Kudus saat pabrik Djarum yang dikelola ayahnya, Oei Wie Gwan terbakar pada 1963.
Usai kebakaran dan kepergian sang ayah, Michael bersama adiknya Robert Budi Hartono membangun kembali Djarum, dan sukses membawanya sebagai produsen rokok kretek terbesar di Indonesia. Seiring perjalanan waktu, di bawah duet Hartono bisnis Djarum mulai menggurita ke sektor lain. Melansir buku Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches karya Leo Suryadinata, bisnis Djarum masuk bidang tekstil, elektronik, furniture, keuangan, perbankan (Bank Hagakita) dan properti (PT Bukit Mulia).
Pada 1993, Bukit Mulia mulai membangun Karawang Industrial Park di Jawa Barat. Bisnis properti Grup Djarum terus mengular lewat kepemilikannya di PT Cipta Karya Bumi Indah yang mengelola Grand Indonesia dan WTC Mangga Dua. Ada juga PT Puri Padma Management dan PT Fajar Surya Perkasa.
Grup Djarum juga terlibat dalam berbagai kegiatan, salah satunya membangun klub bulu tangkis yang dikenal dengan Djarum Foundation. Tak tanggung-tanggung, Djarum Foundation merekrut para pemenang bulu tangkis dunia seperti Liem Swie King, Ivana Lie, dan Susi Susanti sebagai pelatih klub tersebut.
Usia hanya berjarak setahun dari sang kakak Michael, Robert juga memiliki andil besar dalam melebarkan sayap Grup Djarum. Pada 1988, kakak beradik Hartono ini resmi menjadi pemegang saham mayoritas dari Bank Central Asia alias BCA melalui PT Dwimuria Investama Andalan.
Pertahankan Sematan Orang Kaya
Duo Hartono masuk dalam jajaran orang kaya di Indonesia dengan harta bersih US$ 15 miliar, menurut majalah Forbes 2013. Bukti kesuksesan bisnis Grup Djarum juga bisa dilihat dari capaian duet Hartono yang berhasil menjadi orang terkaya se-Indonesia tahun lalu.
Berdasarkan Forbes Real Time Billionaire, Robert menjadi orang terkaya nomor wahid di Indonesia per 3 Agustus 2021, dengan total kekayaan bersih US$ 18,3 miliar atau setara Rp 272,7 triliun (Kurs Rp 14.900). Capaian tersebut sekaligus menempatkannya dalam daftar ke 107 orang kaya di dunia. Peringkat kedua dihuni sang kakak, Michael Hartono dengan total kekayaan US$ 17,6 miliar atau sekitar Rp 250 triliun. Pria berusia 81 tahun tersebut juga masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia pada urutan ke-110.
Semakin mengukuhkan posisinya sebagai orang kaya di Indonesia, kakak-beradik Hartono mempertahankan posisi teratas sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes, dengan kekayaan bersih US$ 42,6 miliar per Desember 2021. Di mana, angka kekayaannya bertambah US$ 3,8 miliar, berkat menumpuknya aliran dana investor yang masuk ke saham Bank Central Asia atau BCA, tahun lalu.