Faktor ketiga, nilai surat utang yang jatuh tempo pada tahun depan mencapai Rp 126,4 triliun. Hal ini mendorong perusahaan menerbitkan pendanaan ulang utang (refinancing) pada 2020.

Pendorong lainnya yakni instrumen surat utang lebih banyak, sehingga korporasi memiliki banyak pilihan. Di antaranya obligasi, berbasise syariah alias sukuk, jangka menengah atau medium term notes (MTN) hingga efek bersifat utang berwawasan lingkungan (Green Bond). 

"Kami harap (bervariasinya instrumen surat utang) bisa mendorong pertumbuhan penerbitan surat utang korporasi tahun depan," kata Fikri. 

(Baca: Mau Terbitkan Obligasi, Laba Sritex Semester I 2019 Turun 2,6%)

Total surat utang yang sudah diterbitkan perusahaan mencapai Rp 116,25 triliun per 31 Oktober 2019. Sektor industri yang paling banyak menerbitkan efek bersifat utang yakni finansial, dengan nilai Rp 47,84 triliun. Diikuti oleh perbankan Rp 20,45 triliun.

Tahun ini, Pefindo memperkirakan total penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 135,2 triliun. Mandat penerbitan surat utang yang ada di Pefindo saja nilainya Rp 18,28 triliun dari 21 perusahaan. Walaupun ia belum tahu pasti penerbitannya dilakukan tahun ini atau awal 2020.

(Baca: Lampu Kuning Utang Korporasi di Tengah Ancaman Resesi Dunia)

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin