IHSG Turun 0,6% Karena Perang Dagang, Sektor Tambang Jadi Penolong

ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
IHSG hari ini, Senin (2/9) ditutup terkoreksi 0,6% ke level 6.290,54 karena memanasnya tensi perang dagang AS-Tiongkok. Sektor tambang yang naik 1,75% menjadi penyelamat IHSG dari koreksi yang lebih dalam.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
2/9/2019, 18.04 WIB

Tertolong Saham-saham Sektor Pertambangan

Terkoreksinya IHSG salah satunya didorong oleh indeks sektor konsumer dan aneka industri, di mana masing-masing indeksnya terkoreksi 1,69% dan 1,55%. Sementara, koreksi sedikit tertahan oleh kenaikan saham-saham di sektor pertambangan yang tercatat naik 1,75% pada penutupan perdagangan hari ini.

Dari sektor pertambangan, tiga saham di sektor ini mencatatkan diri sebagai top gainers, yakni PT Timah Tbk (TINS) yang naik 13,26% ke level Rp 1.110 per saham, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 12,46% menjadi Rp 3.970, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 9,35% menjadi Rp 1.170 per saham.

Sepanjang hari ini saham INCO diperdagangkan sebanyak 166,12 juta saham dengan total nilai transaksi Rp 673,64 miliar. Investor asing mencatatkan net buy Rp 81,2 miliar di seluruh pasar. Saham ANTM sebanyak 380,92 miliar saham senilai Rp 436,81 miliar. Investor asing catatkan net buy saham ANTM Rp 72,52 miliar.

Sementara itu saham TINS ditransaksikan sebanyak 178,71 juta saham senilai Rp 189,24 miliar. Namun berbeda dengan ANTM dan INCO, investor asing mencatatkan net sell saham TINS sebesar Rp 1,82 miliar.

(Baca: Harga Komoditasnya Meroket, Saham Produsen Nikel Diincar Asing)

Kenaikan tiga saham emiten tambang ini lantaran kenaikan harga komoditas tambang yang menjadi fokus bisnis mereka. Harga timah berjangka di London Metal Exchange sejak Jumat (30/8) telah mengalami kenaikan sebesar 8,23% dari US$ 15.817,5 per ton menjadi US$ 17.117,5 per ton hari ini.

Sama halnya dengan harga nikel yang merupakan lahan bisnis Vale dan Antam. Harga nikel Shanghai Future Exchange naik ke batas harian maksimum 6% menjadi US$ 19.309,72 per ton. Sedangkan harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 3,2% menjadi US$ 18.470 per ton.

Sementara Indonesia sebagai pemasok bijih nikel terbesar di dunia telah mengumumkan pada Jumat (30/8), akan mempercepat larangan ekspor bijih mineral tahun depan atau dua tahun lebih awal dari jadwal semula pada 2022.

(Baca: Harga Nikel Melonjak, Saham Antam Hingga Vale Melesat)

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin