Perang Mata Uang Memukul Bursa Saham AS, Emas dan Yen Jadi Buruan

123RF.com/Dilok Klaisataporn
Amerika Serikat (AS) menuding Tiongkok sebagai currency manipulator alias sengaja melemahkan nilai tukar yuan untuk meningkatkan daya saing produk ekspornya.
6/8/2019, 07.43 WIB

Meskipun, Gubernur People’s Bank of China Yi Gang menyatakan tidak akan menggunakan nilai tukar mata uang sebagai alat di tengah memanasnya konflik dagang dengan AS.

(Baca: Yuan Jatuh Terendah Sejak Krisis 2008, Bursa Saham Asia Rontok)

Bagaimanapun, pelaku pasar tetap mengantisipasi risiko perang mata uang. Para pelaku pasar bertaruh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) akan merespons dengan memangkas 100 basis point hingga Desember 2020, lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya.

Perang dagang kini menguat dan mungkin saja perang mata uang akan dimulai. Kedua-duanya tidak bagus untuk ekonomi global, dan keduanya akan menyakiti pasar modal,” kata Chief Investment Officer for Independent Advisor Alliance Chris Zaccarelli seperti dikutip Bloomberg, Selasa (6/8).

Seiring perkembangan ini, nilai tukar dolar AS melemah terhadap mata uang utama dunia. Saat berita ini ditulis, indeks DXY turun 0,31% ke posisi 97,22. Sedangkan yen Jepang meguat 0,25% dan harga emas di pasar spot naik 0,66% ke posisi 1.473 per ounce di tengah pencarian akan aset yang aman.

Halaman: