Pekan Lalu Turun 1,75%, IHSG Minggu Ini Berpotensi Lanjutkan Koreksi

ANTARA
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu tercatat terkoreksi hingga 1,75% atau turun 110,3 poin menjadi di level 6.209,1. Pada pekan ini, indeks kemungkinan masih akan melemah di ksiaran 6.185-6.340.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Sorta Tobing
13/5/2019, 06.38 WIB

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu tercatat terkoreksi hingga 1,75% atau turun 110,3 poin menjadi di level 6.209,1 pada penutupan perdagangan pekan lalu. Turunnya IHSG pada pekan kedua Mei 2019 ini, datang dari memanasnya kembali perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok.

"Pasti terlihat beritanya (soal perang dagang) kan sedari kemarin," kata Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus kepada Katadata.co.id, Jumat (10/5). Dia pun memperkirakan, sentimen tersebut masih berpengaruh pada laju IHSG pekan ini. Karena itu, indeks masih akan terkoreksi. 

Dilansir dari Reuters, AS merealisasikan ancamannya untuk menaikkan tarif impor terhadap US$ 200 miliar produk Tiongkok tepat pada pukul 00.00 waktu New York atau pukul 11.00 WIB. Bahkan, AS disebut tengah menyiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk menaikkan tarif terhadap US$ 325 miliar produk Tiongkok yang belum terkena dampak perang dagang.

Pihak Tiongkok menyesali keputusan AS tersebut dan memastikan aksi balasan akan segera dilancarkan. Kendati demikian, kedua belah pihak tetap menjaga asa tercapainya kesepakatan dagang. AS dan Tiongkok masih mau duduk bersama melanjutkan perundingan dagang pada Jumat lalu, meskipun tak mencapai kesepakatan di Washington DC, AS, 

"Keinginan AS untuk menaikkan tarif, terpenuhi," ujar Nico. "Maka, pekan ini akan menjadi pekan yang cukup suram," katanya menambahkan. Terlebih, dengan makin dekatnya Lebaran 2019, potensi koreksi terhadap IHSG semakin besar karena transaksi di pasar modal akan semakin sepi. Tekanan untuk investor melakukan aksi jual semakin besar.

(Baca: Investor Harap-Harap Cemas Menanti Hasil Negosiasi Dagang AS-Tiongkok)

Selain itu, dari dalam negeri juga dipengaruhi oleh naiknya tensi politik usai Pemilu juga menjadikan pasar terbelenggu. "Pekan ini masih ada prediksi untuk melemah," kata Nico yang memperkirakan IHSG bergerak di level 6.185 hingga 6.340 pada pekan ini.

Sejalan dengan itu, Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi juga menilai hasil pertemuan dua negara terkait perang dagang masih mempengaruhi laju IHSG, terutama pada perdagangan hari ini, Senin (13/5). "Hasil pertemuan (AS-Tiongkok) pada kesepakatan perdagangan yang akan mengarah secara global pada repricing aset berisiko, kondisi pembiayaan yang lebih ketat, dan pertumbuhan yang lebih lambat," tulis Lanjar dalam risetnya.

Namun, secara teknikal, pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini diprediksi akan mencoba untuk menguat. Lanjar memperkirakan, indeks akan bergerak dengan rentang di kisaran level 6.200 hingga level 6.260. 

Analis Indosurya Sekuritas, William Surya Wijaya pun memprediksi IHSG berpotensi menguat pada perdagangan hari ini dengan pergerakan pada level 6.123 hingga level 6.336. Menurut dia, pergerakan IHSG masih menunjukkan signal positif untuk dapat melanjutkan kembali kenaikan dalam jangka panjang. 

"Hal ini tentunya ditopang oleh sisi fundamental perekonomian yang kuat. Serta rilis kinerja emiten dalam kuartal pertama yang sebagian besar memperlihatkan peningkatan," katanya melalui riset.

(Baca: Perang Dagang Kembali Berkobar, IHSG dan Bursa Asia Malah Menghijau)

Perdagangan Pekan Lalu

Senada dengan IHSG, nilai kapitalisasi pasar modal dalam negeri mengalami penurunan. Pekan lalu, nilai kapitalisasi turun 1,73% menjadi Rp 7.064,09 triliun dari Rp7.188,18 triliun pada penutupan pekan sebelumnya.

Rata-rata nilai transaksi harian juga ikut mengalami penurunan hingga 60,33% menjadi Rp9,04 triliun. Penurunan yang cukup tajam ini terjadi karena pekan sebelumnya, nilai rata-rata transaksi memang besar yaitu Rp 22,79 triliun. Penyebab utamanya, transaksi beli atas saham Bank Danamon senilai Rp 49,62 triliun dalam rangka penggabungan usaha dengan Bank Nusantara Parahyangan pada Senin (29/4).

Untuk rata-rata frekuensi transaksi harian selama sepekan, turun sebesar 6,33% menjadi 409,21 ribu kali transaksi. Rata-rata volume transaksi harian juga mengalami penurnan sebesar 20,71% menjadi 12,56 miliar unit saham. Pekan lalu pun tercatat investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 3,04 triliun. Sepanjang tahun 2019, investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp61,044 triliun.

(Baca: Tips Menabung Saham untuk Generasi Milenial)

Reporter: Ihya Ulum Aldin