Sektor Barang Konsumsi Seret IHSG Turun 0,57% ke Level 6.501

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Suasana Bursa Efek Indonesia
Penulis: Happy Fajrian
4/2/2019, 13.57 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,57% mendekati level 6.500, tepatnya 6.501,34 pada akhir sesi I perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) siang ini, Senin (4/2). Kejatuhan IHSG didorong oleh sejumlah indeks sektoral yang memerah, dipimpin oleh sektor barang konsumsi.

Investor melakukan aksi ambil untung terhadap saham-saham di sektor barang konsumsi yang sejak awal Desember 2018 lalu telah naik hingga 6,67%. Sektor ini tidak terkoreksi sendirian, sektor manufaktur juga terkoreksi cukup besar 1,1%, aneka industri turun 1,7%, keuangan turun 0,67%, dan infrastruktur turun 0,42%.

Dua sektor lainnya yang terkoreksi yaitu industri dasar sebesar 0,2% dan properti turun tipis 0,01%. Sedangkan tiga sektor yang menopang kinerja IHSG yaitu pertanian yang naik 0,2%, tambang 0,35%, dan perdagangan naik 0,58%.

Seperti yang diperkirakan sebelumnya, menjelang libur Tahun Baru Imlek besok, Selasa (5/2), perdagangan saham di BEI berlangsung relatif sepi. Hingga siang ini nilai perdagangan saham tercatat baru mencapai Rp 3,89 triliun dari 7,31 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 227.982 kali oleh investor.

(Baca: Dibuka Naik 0,07%, Potensi Eksalasi Perang Dagang Warnai Laju IHSG)

Investor asing sementara ini membukukan penjualan bersih saham di pasar reguler sebesar Rp 76,32 miliar dan Rp 8,24 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Sehingga total dana asing yang keluar dari pasar saham siang ini sebesar Rp 84,56 miliar.

Pergerakan IHSG hari ini minim sentimen dari dalam negeri. Sedangkan sentimen eksternal, yaitu dari perkembangan perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok mengisyaratkan eskalasi perang dagang dapat terjadi seiring dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa dia sendiri tidak tahu apakah kesepakatan dapat tercapai dengan Tiongkok.

Trump sendiri dijadwalkan akan berkunjung ke Beijing bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk mendiskusikan lebih lanjut terkait kesepakatan dagang antara keduanya.

Sementara ini, Tiongkok sudah setuju untuk meningkatkan impor komoditas pertanian dari AS. Pelaku pasar di AS menilai hal tersebut sebagai gestur yang positif dari Tiongkok namun menekankan bahwa ada isu yang lebih besar yang belum diselesaikan.

Padahal, tenggat waktu gencatan senjata sementara perang tarif hanya sampai akhir bulan ini. Dengan rentang waktu yang sempit, kedua belah pihak masih harus menyelesaikan beberapa isu besar di antaranya terkait regulasi di Tiongkok yang memaksa perusahaan asal AS disana untuk transfer teknologi secara paksa kepada Tiongkok, serta terkait pencurian hak kekayaan intelektual perusahaan AS oleh pihak Tiongkok.

Pihak Gedung Putih sudah menegaskan bahwa bea masuk bagi produk impor asal Tiongkok senilai US$ 200 miliar akan tetap dinaikkan menjadi 25%, dari saat ini sebesar 10%, jika kesepakatan dagang tak juga tercapai hingga tanggal 2 Maret.

(Baca: Berbalik Melemah di Awal Pekan, Rupiah Nyaris Kembali ke 14.000/US$)