PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) semakin ekspansif di bisnis digital. Perseroan berencana mengakuisisi 5-10 perusahaan rintisan (startup) digital pada tahun ini dengan belanja modal yang disiapkan sebesar Rp 350 miliar.
Direktur Utama PT Kresna Graha Investama Tbk Michael Steven mengatakan, perseroan akan masuk melalui berbagai tahap pendanaan, seperti angel round, seed fund, hingga pendanaan seri A, B, dan C. "Kami akan investasi di startup yang bisa berkembang cukup signifikan di bisnis digital, seperti digital enabler, fintech, bahkan baru-baru ini kami masuk di sektor entertainment," kata Michael dalam paparan publik, di Jakarta, Kamis (17/5).
Kresna Graha sejak 2015 bertransformasi dari perusahaan jasa keuangan menjadi perusahaan investasi yang gencar masuk ke sektor digital. "Bisnis kami adalah hibrida jasa keuangan dan digital. Pada 2017, kontribusi pendapatan dari bisnis digital mencapai 70% dan pada kuartal I 2018 meningkat menjadi 85%," kata Michael.
Pada 2017, perseroan membukukan pendapatan Rp 1,57 triliun, meningkat 465,99% dibandingkan 2016 sebesar Rp 277,39 miliar. Laba bersih perseroan tahun lalu mencapai Rp 296 miliar, tumbuh 79,3% dibandingkan dengan 2016. Sementara itu, pada kuartal I 2018 perseroan mencatat pendapatan Rp 950,35 miliar, melejit 764,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun laba bersih perseroan Rp 118,31 miliar, meningkat 70% dibandingkan kuartal I 2017.
(Baca: Anak Usaha Emtek Grup Resmi Umumkan Akuisisi Situs Kapanlagi)
Direktur Kresna Graha Investama Suryandy Jahja mengatakan, ekspansi di sektor digital ini menjadi salah satu alasan perusahaan untuk tidak membagikan dividen atas laba bersih 2017. "Kami dalam expansion mode. Lebih efektif kalau uangnya diinvestasikan lagi ke sektor digital," kata Jahja. Tahun ini perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp 5 triliun seiring pesatnya perkembangan bisnis digital.
IPO Anak Usaha
Pada tahun ini, Kresna Graha juga berencana melepas saham sejumlah anak usahanya melalui initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan tengah memproses penawaran umum perdana saham PT NFC Indonesia. Perusahaan ini menjadi penyedia platform pusat pertukaran digital (digital exchange) yang menghubungkan pengguna internet dari berbagai blok atau lapisan pengguna bisnis.
Jahja mengatakan, perusahaan berencana mencatatkan sahamnya di BEI sebelum Lebaran tetapi jadwal yang ketat dari OJK membuat pencatatan saham NFC mundur ke bulan Juli 2018. Kondisi pasar modal yang bergejolak tidak menyurutkan minat perusahaan untuk melantai di bursa. "Untuk IPO NFC kami sudah ada shadow booking, jadi penawaran awal sebelum kami melakukan penawaran umum. Sudah ada permintaan yang besar dari pasar," kata Jahja.
Sebelumnya, Kresna juga menerapkan strategi shadow booking pada IPO PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) untuk mendapatkan anchor investor. Kresna berencana melakukan penawaran saham NFC kepada investor di luar negeri melalui roadshow di Singapura dan Hong Kong.
Selain NFC, ada beberapa anak usaha lain yang disiapkan IPO di BEI pada tahun ini. Salah satunya adalah PT Matchmove Indonesia dengan porsi saham yang dilepas sebesar 25%. Namun, perusahaan masih menghitung valuasi dari MMI sehingga target perolehan dana dari aksi korporasi tersebut belum bisa diungkapkan.
(Baca: BEI Siapkan Aturan Permudah Start-up Go-Public Tahun Ini)