Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia saat ini sangat baik. Alhasil, dia menargetkan aliran dana yang masuk (capital inflow) ke pasar modal dalam negeri bisa meningkat dua kali lipat tahun ini.
Jokowi mengungkapkan hingga pertengahan tahun 2017, arus dana yang masuk ke pasar keuangan mencapai Rp 124 triliun. Meski baru setengah tahun, jumlah dana tersebut sudah hampir mencapai total capital inflow sepanjang tahun lalu sebesar Rp 126 triliun.
(Baca: BEI: Dana Asing Masuk Bursa Rp 20 Triliun, Lampaui Pencapaian 2016)
Data ini yang mendasari keyakinan Presiden bahwa aktivitas pasar keuangan mulai dari bursa serta obligasi akan semakin menggeliat tahun ini. "Kami berharap capital inflow tahun ini bisa double (naiknya)," kata Jokowi saat berkunjung ke Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/11).
Untuk bisa mengejar target tersebut, Jokowi akan mendorong perusahaan yang memiliki basis produksi di Indonesia untuk masuk ke pasar modal dalam negeri. Dia mengatakan pemerintah tidak akan memaksa perusahaan tersebut untuk mencatatkan sahamnya di Indonesia, tapi mengundangnya secara baik-baik.
Selain itu, Presiden akan meminta para anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) segera masuk ke Bursa Efek Indonesia. Hal ini penting dilakukan tidak hanya untuk menggerakkan pasar modal Indonesia, tapi untuk meningkatkan modal anak usaha BUMN tersebut.
(Baca: IPO Sembilan Anak Usaha BUMN Incar Dana Rp 21 Triliun)
Kebutuhan dana, terutama untuk infrastruktur sangat besar dan tidak bisa hanya mengandalkan pinjaman perbankan. "Ini (alternatif pembiayaannya) bisa dari bursa," kata Jokowi.
Saat berpidato di depan para pelaku pasar, Jokowi juga sempat menyinggung soal politik yang baru-baru ini hangat. Dia kembali mengatakan bahwa sudah delapan bulan energi masyarakat habis untuk hal yang tidak produktif. Oleh sebab itu Presiden berharap ke depannya dapat disibukkan lagi dengan hal yang lebih produktif.
"Bapak dan ibu lebih baik tetap di urusan ekonomi, tidak usahlah (masuk ke urusan politik)," katanya. (Baca: BI: Dana Asing Masuk Rp 122 Triliun Didukung Peringkat S&P)