Kinerja saham-saham raksasa teknologi di Amerika Serikat (AS), terus menunjukkan tren penurunan. Rekor ini menjadi yang terburuk sejak krisis tahun 2008 silam.
Saham-saham seperti Netflix, ambrol hingga 72%. Facebook juga jatuh 43,9%. Tesla terpuruk dengan pelemahan paling berat di tahun ini sebesar 30,5%. Sementara itu, emiten teknologi lainnya mencatatkan rekor pelemahan terberat sejak 14 tahun terakhir, yakni Amazon yang terjerembab 36,8%. Saham Microsoft juga anjlok 22,5. Sedangkan, saham Apple dan Google masing-masing ambrol 21,6% dan 17,5%.
Kejatuhan saham-saham sektor teknologi di bursa Wall Street datang ketika Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan tingkat inflasi 8,3% pada April yang berada di atas konsensus pasar. Meski begitu, tingkat inflasi pada April masih lebih rendah dari Maret lalu sebesar 8,5%.
"Beberapa ahli sekarang memperkirakan bahwa inflasi kemungkinan telah mencapai puncaknya, meskipun masih ada banyak ketidakpastian tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk harga kembali normal," seperti dikutip laporan Forbes, dikutip Jumat (13/5).
Investor khawatir tentang inflasi yang lebih tinggi yang mengarah ke perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sebagai imbasnya, saham-saham di sektor teknologi terpukul keras dan membebani pasar lagi karena investor terus melepas saham seperti Apple, Netflix, Amazon dan Tesla.
Kepala ekonom Comerica Bank, Bill Adams menilai, data inflasi baru menakuti beberapa investor, yang terus membuang aset berisiko seperti saham dan aset kripto di tengah aksi jual pasar yang sedang berlangsung.
"Kenyataan yang tidak menyenangkan adalah Fed akan perlu menaikkan suku bunga lebih cepat dan ke tingkat yang lebih tinggi daripada yang diharapkan banyak orang," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi untuk Aliansi Penasihat Independen.
"Setidaknya akan ada empat kali kenaikan suku bunga 50 bps tahun ini," prediksinya.
Di sisi lain, perusahaan-perusahaan asal Sillicon Valley tahun ini mencatatkan periode yang terburuk atau disebut sebagai zombi unicorn. Harga saham mereka anjlok dan beberapa terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK karyawan. Ditambah lagi, kinerja keuangan di kuartal pertama memberikan hasil yang mengecewakan.
“Ini terjadi karena adanya sentimen negatif investor di Silicon Valley. Kejadian ini adalah yang paling buruk sejak kehancuran dot-com,” kata venture capitalist di San Francisco dan mantan eksekutif di PayPal David Sacks dikutip dari NBC News, Minggu (8/5).