Mantan Bos Bursa Tantang Investor Stop Trading Gara-gara FCA, Berani?
Mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud menantang investor untuk berhenti transaksi di pasar modal. Hal ini sebagai bentuk kekecewaaan pelaku pasar atas berlakunya skema sistem lelang berkala penuh atau full call auction (FCA) di Papan Pemantauan Khusus (PPK).
Hasan mengatakan protes ini dilakukan untuk menyadarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). “Kalau OJK dan BEI buta dan tuli, atau angkuh karena gengsi, saya kira yang bisa dilakukan oleh investor, apabila bisa kompak, adalah berhenti sementara melakukan transaksi. Satu atau dua minggu, berani?,” tulis Hasan dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (10/6).
Hasan menjelaskan tujuan utama dari sebuah bursa adalah menemukan harga yang tepat. Harga ini dihasilkan dari proses tawar-menawar antara banyak penjual dan pembeli. Mekanisme lelang di bursa bertujuan untuk mendapatkan harga terbaik, yang adil dan dapat dipercaya.
Artinya, kata Hasan, tidak ada peserta yang secara individu bisa mempengaruhi atau menentukan harga di bursa. Tidak ada yang bisa membuat harga sendiri; semua orang harus menerima harga yang ada.
Oleh karena itu, menurut Hasan, makna dan legitimasi sebuah Bursa tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan harga yang representatif dan dapat dipercaya. Saham yang beredar dalam jumlah kecil, memiliki kapitalisasi kecil, jumlah pemegang saham yang sedikit, distribusi kepemilikan yang tidak merata, serta akses dan penyebaran informasi yang tidak merata (asymmetric) rentan terhadap manipulasi harga.
“Di situlah peran sentral otoritas dan pengelola bursa. Pengawal integritas bursa. Menjaga agar keterbukaan (disclosures) lengkap, jujur dan tidak menyesatkan,” tambahnya.
Tak hanya itu, Hasan juga menilai peran Bursa juga mencakup untuk meminimalkan akses informasi yang tidak seimbang. Hal itu dengan mengatur aliran informasi dan melarang transaksi bagi pihak-pihak yang memiliki informasi non-publik yang penting dan relevan, yang dapat mempengaruhi harga saham. Hasan menyebutnya orang dalam dengan informasi orang dalam.
Selain itu, bursa harus menjaga lapangan permainan yang setara atau level playing field. Kemudian Pihak-pihak dengan posisi mayoritas atau pengendali harus melaporkan dan mengumumkan rencana transaksi mereka sebelum melakukan transaksi tersebut.
Tidak ada sistem yang sempurna untuk mencapai semua "ideal" ini. Namun, menurutnya, lelang berkelanjutan atau continuous auction. menghasilkan harga yang lebih baik dibandingkan dengan skema lelang berkala atau Full Call Auction. Harga yang dihasilkan dari mekanisme yang digerakkan oleh investor lebih baik daripada mekanisme yang digerakkan oleh dealer.
Dengan demikian, para bandar, lanjut Hasan, yang dulu dianggap sebagai penghisap darah investor ritel, kini berubah dari beroperasi di tempat gelap menjadi bertransaksi di tempat terang. Mereka bertransformasi dari pemburu keuntungan dengan segala cara menjadi penyedia likuiditas dan penjaga harga wajar suatu saham.
Harga, khususnya harga penutupan, memiliki peran sentral di bursa saham. Para bandar memengaruhi perhitungan indeks harga. Menurut Hasan, mereka juga memengaruhi nilai portofolio pemegang saham, yang menjadi dasar perhitungan laba rugi. Selain itu, harga penutupan menentukan nilai aktiva dari reksadana dan ETF. Bahkan, harga ini memengaruhi harga penyelesaian kontrak derivatif yang menggunakan harga saham sebagai underlying asset.
Dalam konteks tersebut, Hasan tidak setuju dengan penggunaan Full Call Auction untuk menentukan harga penutupan. Menurutnya, harga seharusnya ditetapkan berdasarkan volume perdagangan terbanyak.
"Nah sekarang, sekian banyak saham ditransaksikan seluruhnya melalui call auction yang berpeluang manipulatif itu. Lengkap dengan slogan perlindungan investor,” pungkasnya.
Respons Bursa dan OJK
Secara terpisah, BEI menyatakan peninjauan ulang kebijakan Full Call Auction (FCA) di Papan Pemantauan Khusus akan selesai secepatnya. Hal ini sebagai respons otoritas bursa setelah belakangan ini terus mendapat reaksi negatif dari kalangan pelaku pasar.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyatakan evaluasi internal akan dilakukan terhadap semua peraturan dan kebijakan, termasuk terkait papan pemantauan khusus. Nantinya, hasil evaluasi tersebut akan segera disampaikan.
“Kita harapkan segera,” kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta Sabtu (8/6).
Jeffrey juga menambahkan bahwa Bursa selalu memperhatikan masukan yang diterima dalam bentuk apapun, baik melalui penyampaian langsung, media sosial, atau lainnya. Mengenai review FCA, Jeffrey menyebut semua masukan yang diterima dari pelaku pasar dan pemangku kepentingan akan didengar dan diperhatikan oleh Bursa Efek “Kami tim sedang memproses. Nanti kami akan sampaikan hasilnya segera,” tambahnya.
Senada dengan bursa, Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Antonius Hari P.M mengatakan pihaknya selalu berkoordinasi dengan Self-Regulatory Organizations (SRO) pasar modal.
Tak hanya itu, dia juga menyebut OJK telah melakukan tinjauan dan SRO selalu mempertimbangkan masukan yang diterima. Termasuk, berfluktuasinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir-akhi ini juga dipengaruhi oleh beberapa saham yang masuk dalam kategori FCA, terutama saham dengan kapitalisasi besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) lantaran memiliki bobot jumbo kepada IHSG.
Antonius mengatakan bahwa OJK akan meninjau terlebih dahulu sebelum memutuskan langkah selanjutnya. “Sekarang timbul dinamika, tapi tujuan kita sebenarnya lebih baik sebenarnya, untuk melindungi investor kecil,” kata Antonius kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (6/6).