Beberapa perusahaan teknologi keuangan alias fintech mulai merambah ke bisnis perbankan. Salah satu yang melakoninya adalah perusahaan pembiayaan atau fintech lending syariah ALAMI. Fintech tersebut pun membidik pertumbuhan bisnis tahun ini naik hingga empat kali lipat.
ALAMI merupakan fintech peer to peer lending (P2PL) yang menawarkan produk invoice financing. Itu seperti pembiayaan dalam bentuk jasa pengurusan penagihan piutang berdasarkan bukti tagih atau invoice, baik disertai ataupun tanpa talangan alias qardh.
Selanjutnya, pembiayaan diberikan kepada pelaku usaha yang memiliki tagihan kepada pihak ketiga atau payor. Alhasil, pemberi modal atau funder akan dimudahkan berinvestasi secara syariah, sedangkan pelaku usaha lebih mudah memperoleh pembiayaan bisnis secara syariah.
Ide awal kelahiran ALAMI berangkat dari keprihatinan terhadap perkembangan industri keuangan syariah, jika dibandingkan dengan konvensional. Apalagi, jumlah penduduk muslim di Indonesia merupakan salah satu yang terbanyak di dunia.
"Market syariah kita besar sekali, apalagi 200 juta -230 juta muslim Indonesia belum terlayani dengan optimal untuk keuangan syariah," kata CEO ALAMI Group, Dima Djani dalam diskusi bertajuk Jurus Fintech ALAMI Garap Pasar Syariah, oleh Katadata.co.id x Endeavor Indonesia beberapa waktu lalu.
Dima yang merupakan lulusan pesantren tersebut menyatakan, kalau muslim diajarkan untuk tidak menggunakan sistem keuangan riba dan lainnya. Solusinya adalah perbankan syariah, namun teknologi dan infrastrukturnya cenderung masih lambat dibandingkan industri keuangan konvensional.
Latar belakang Dima yang merupakan mantan santri turut menambah perspektifnya terhadap industri keuangan syariah di Tanah Air. Berbekal pengalamannya bekerja di beberapa perbankan global, dia bercerita bahwa fokus bank di luar negeri adalah mencari pendapatan dari aset yang mereka miliki. Sedangkan di Indonesia cenderung berlomba memperbesar aset.
"Pengalaman saya dulu di pesantren membuat saya melihat dan berempati dengan market (syariah). Banyak yang ingin mengakses layanan keuangan syariah tapi susah akses, mahal dan implementasinya," kata Dima.
Kondisi tersebut membuat ALAMI Group memutar otak dan mencari solusi untuk mempermudah akses masyarakat ke industri keuangan syariah. Pengalaman Dima di perbankan global juga mengubah cara berpikir dan berupaya untuk bisa membuat pangsa pasar syariah, salah satunya melalui teknologi.
Fintech ALAMI terbilang masih cukup anyar di industri keuangan Tanah Air, perusahaan pembiayaan itu hadir pada 2019. Meskipun baru, bukan berarti fintech ini belum memiliki prestasi.
Dima menyatakan start up besutannya itu, kini menempati peringkat lima besar sebagai peer to peer lending yang fokus pada pendanaan usaha mikro kecil menengah alias UMKM di Tanah Air.
"Growth kita cepat, dan sebentar lagi bank kita akan meluncur, itu akan menaikkan growth kita juga," ujar Dima.
Sepanjang 2021, ALAMI berhasil menyalurkan pembiayaan sebanyak Rp 1,25 triliun. Jika diakumulasi sejak fintech itu berdiri, maka total pembiayaan yang berhasil disalurkan sudah tembus Rp 2 triliun.
CEO ALAMI itu bercerita, butuh waktu 2,5 tahun untuk bisa menyalurkan pembiayaan Rp 1 triliun pertama. Namun, saat itu ditembus, ALAMI hanya butuh waktu 6-8 bulan untuk menembus level Rp 1 triliun, kedua kalinya.
"Harapannya, tahun ini bisa Rp 4 triliun atau lebih, dengan melihat tren tahun lalu. Ini bukan pekerjaan mudah, karena bank saja naiknya susah dan kami termotivasi untuk naik kencang, tapi tetap aman," ujarnya.
Apalagi, dalam waktu dekat ALAMI Group akan meluncurkan produk perbankan bernama Bank Hijra. Bank tersebut rencananya akan beroperasi tahun ini dan memiliki kantor offline di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Dima mengatakan, dari modal awal Rp 15 miliar, saat ini pertumbuhan ekuitas ALAMI berkisar Rp 23 juta hingga Rp 25 juta, dengan rasio gagal bayar alias NPF masih bertahan 0%. Di mana, ALAMI selalu memilih produk-produk pembiayaan yang aman, seperti pembiayaan UMKM dan sektor-sektor defensive.
"Sektor yang kita masuki saat pandemi, seperti healthcare, credit solution, logistik, agrikultur dan akuakultur. Itu yang kami lihat cukup resilient," katanya.
Adapun dalam hal mitigasi risiko, ALAMI menerapkan sistem credit scoring yang diklaim komprehensif. Di mana, fintech lending tersebut akan memeriksa dari sisi kuantitatif seperti laporan keuangan dan rekening koran bisnis.
Selain itu, ALAMI juga melakukan kunjungan ke tempat usaha untuk memastikan kredibilitas calon peminjam. Dari sisi keamanan transaksi, fintech juga bekerja sama dengan Bank Permata Syariah.
Adapun operasional ALAMI Group dijalankan dengan akad syariah, sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI Nomor 117.