Bank Indonesia (BI) mengeluarkan prediksi baru terkait potensi penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) akan terjadi satu kali pada pada Desember 2024.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya menilai, potensi penurunan suku bunga bank sentral AS akan didorong oleh sejumlah faktor.
"Perkiraan bahwa ekonomi AS mulai stabil, termasuk inflasi, ternyata masih cukup kuat, sehingga [suku bunga The Fed] tidak turun secepat yang diperkirakan," ujar Juli dalam acara Pelatihan Jurnalis, di Samosir, Sumatera Utara, Minggu (28/4)
Dengan demikian, pemangkasan suku bunga The Fed diperkirakan tidak terjadi dalam waktu dekat. Karena mempertimbangkan laju inflasi di AS. Tercatat inflasi AS berada di level 3,5% pada Maret 2024.
Sementara itu, analis Inflation Insights, Omair Shariff memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS melambat karena inflasi pada kuartal pertama 2024. Hal ini memicu kekhawatiran para analis atas kenaikan harga barang di AS.
"Kondisi ini dapat menunda, atau bahkan menghakhiri harapan pelonggaran suku bunga The Fed pada tahun ini," kata Sharrif dikutip dari Reuters, Senin (29/4).
Berdasarkan laporan kontrak berjangka yang disesuaikan dengan suku bunga The Fed, kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 60% pada pertemuan bank sentral AS di pertengahan September 2024.
Prediksi itu lebih besar dibandingkan laporan kontrak berjangka sebelumnya. Sementara itu, pelaku pasar terus melihat peluang penurunan suku bunga sebesar 50% pada akhir tahun.
3 Skenario Penurunan Suku Bunga The Fed
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengumumkan tiga skenario potensi penurunan suku bunga acuan The Fed berdasarkan tiga probabilitas di atas 75%, antara 50%-75%, dan di bawah 50%.
“Kami membuat probabilitas untuk menakar dampak terhadap perekonomian Indonesia secara khusus,” ujar Perry dalam konferensi pers secara daring, Rabu (25/4).
Skenario dengan probabilitas tertinggi di atas 75% adalah penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada tahun ini, yang dianggap sebagai baseline risiko.
Skenario kedua, The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini. Penurunan diperkirakan baru akan dilakukan pada tahun depan dengan besaran sebesar 50 bps.
"Ini kemungkinan turun di triwulan pertama atau triwiulan kedua tahun 2025," ujar Perry.
Skenario terakhir, suku bunga The Fed diproyeksikan turun sebesar 25 bps pada tahun depan. Ini merupakan skenario dengan probabilitas paling rendah.
"Itu lah probabilitas yang kami lakukan terkait bagaimana kami memitigasi risiko dan potensi kembali ke baseline" kata Perry.