Merger Bank Syariah BUMN Makin Terang, Saham BRI Syariah Naik 25%

Arief Kamaludin|KATADATA
Petugas keamanan menjaga mobile banking milik Bank BRI Syariah di Jakarta, Senin (16/12). Aset perbankan syariah bila ditotal dengan aset BPR Syariah meningkat per Oktober 2013 (yoy) mencapai Rp 235,1 triliun. Bank Indonesia memproyeksikan pangsa pasar perbankan syariah akan mencapai 5,25-6,25 persen pada akhir 2014.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
13/10/2020, 11.39 WIB

Saham PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS) naik signifikan, bahkan sempat menyentuh harga Rp 1.125 per saham pada pembukaan perdagangan Selasa (13/10). Saham anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini menguat hingga 25% dibandingkan dengan harga pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Tercatat hingga sekitar pukul 10.16 WIB, saham BRI Syariah diperdagangkan dengan volume sebanyak 317,76 juta unit saham dengan nilai transaksi totalnya Rp 335,94 miliar sebanyak 23.957 kali. Investor asing pun tercatat membeli dengan nilai bersih Rp 4,77 miliar di pasar reguler.

Kenaikan saham BRI Syariah pada perdagangan hari ini sejalan dengan semakin jelasnya rencana penggabungan alias merger bank-bank syariah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berdasarkan informasi yang Katadata.co.id terima, bank-bank BUMN melakukan penandatanganan conditional merger agreement pada Senin (12/10) sore.

"Salah satu sentimen yang membuat saham BRI Syariah naik signifikan adalah aksi korporasi (merger) tersebut," kata analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama kepada Katadata.co.id, Selasa (13/10).

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai induk BRI Syariah, sejak kemarin belum memberikan respons. Katadata.co.id mencoba menghubungi Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo untuk mengkonfirmasi perihal penandatanganan tersebut.

Sementara, Plt Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Hery Gunardi memberikan respons terkait perkembangan merger bank syariah BUMN. Meski begitu, ia belum mau mengatakan lebih detail soal tandatangan yang kabarnya digelar Mandiri CLub, Jakarta.

Ketika dihubungi Katadata.co.id pada Senin malam, ia hanya menjawab, "Besok akan ada press conference. Tunggu besok ya akan dijelaskan," kata Hery. Rencananya, konferensi pers terkait perjanjian merger ini dilaksanakan hari ini sekitar pukul 15.00 WIB.

Masing-masing bank BUMN memiliki bisnis di sektor syariah. Tiga bank sudah berbentuk Bank Umum Syariah (BUS) yaitu PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, dan yang sudah melantai di pasar modal BRI Syariah. Sementara, bisnis syariah BTN masih dalam bentuk unit usaha syariah (UUS).

Direktur Finance, Planning, dan Treasury Bank BTN Nixon L. P. Napitupulu mengaku hingga kini belum mengetahui apakah BTN akan dilibatkan dalam proses merger bank-bank syariah milik negara tersebut. "BTN kan belum punya anak perusahaan syariah, baru unit syariah," katanya kepada Katadata.co.id, Senin malam.

Nixon menjelaskan rencana untuk memisahkan unit syariahnya tersebut untuk menjadi BUS, sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Regulator lembaga keuangan ini mendorong bank yang bisnis syariahnya masih berupa UUS, untuk di-spin off (dipisah) menjadi BUS paling lambat 2023.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso berharap rencana merger BUMN Syariah ini bisa menciptakan bank syariah dengan modal inti minimal Rp 30 triliun atau masuk kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV.

"Kami menyambut baik rencana Kementerian BUMN untuk membentuk satu sinergitas bank syariah yang lebih besar sehingga membentuk bank yang levelnya sama seperti bank buku empat," kata Wimboh, Senin (21/9).

Saat ini, belum ada satupun bank syariah yang masuk dalam kelompok buku IV. Baru terdapat enam dari total seluruh perbankan yang ada di Indonesia yang masuk dalam kelompok tersebut, yakni Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga dan Bank Danamon.

"Belum ada lembaga keuangan syariah besar yang bisa head to head dengan lembaga lainnya. Di perbankan, misalnya belum ada bank BUKU IV, apalagi di industri keuangan nonbank," ujarnya.

Wimboh menyayangkan hal tersebut lantaran saat ini jumlah perusahaan yang bergerak di sektor keuangan syariah maupun variasinya sangat banyak. OJK mencatat terdapat 14 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, 162 bank pembiayaan rakyat syariah di sektor perbankan.

Selain itu, ada 64 asuransi syariah, 43 pembiayaan syariah, 7 penjaminan syariah, 11 fintech syariah, 76 lembaga keuangan mikro syariah, dan 13 industri non bank syariah lainnya.