Destry membeberkan sektor keuangan terdampak kondisi perekonomian global. Selain itu, status ekspor manufaktur dan komoditas Indonesia dalam sisi ekspor juga mengalami penurunan. "Kita merasakan dampak perdagangan dunia," ujarnya.
Dia menambahkan, volatilitas mata uang rupiah bukan satu-satunya yang terjadi secara global. Apalagi, Yuan milik Tiongkok mengalami depresiasi sehingga mendorong mata uang negara berkembang ikut terdepresi.
(Baca: Sri Mulyani: Nilai Tukar Rupiah Tahun Depan Sulit Diprediksi)
Menurut Destry, Indonesia terselamatkan tingginya ekonomi domestik. Selain itu, tingkat inflasi dalam negeri juga tetap dalam kisaran sasaran 3,5%. Dia menjelaskan, permintaan domestik adalah hasil pengaruh konsumsi yang lebih tinggi dan investasi yang stabil.
BI pun menargetkan pertumbuhan ekonomi 2019 sekitar 5,0% sampai 5,4%. Tahun depan, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan naik sedikit di level 5,1% sampai 5,5%. Dia juga memproyeksikan penurunan defisit neraca berjalan tahun 2020.